Profitabilitas secara year-on-year (YoY) membaik, didukung pertumbuhan berkelanjutan pembiayaan di segmen utama
Ikhtisar Keuangan Konsolidasian per 31 Maret 2025
(Seluruh persentase yang disampaikan berdasarkan kinerja keuangan triwulan pertama 2025 dibandingkan dengan kinerja triwulan pertama 2024 (YoY), kecuali dinyatakan berbeda)
Ikhtisar Kinerja Keuangan Triwulan Pertama 2025
PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (Maybank Indonesia atau Bank) mengumumkan kinerja keuangan konsolidasian untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Maret 2025. Laba operasional sebelum pencadangan (PPOP) menguat sebesar 19,4% menjadi Rp727 miliar. Bank membukukan Laba Sebelum Pajak (PBT) sebesar Rp506 miliar, naik 290,9%. Laba Setelah Pajak dan Kepentingan Non-Pengendali (PATAMI) meningkat sebesar 265,1% menjadi Rp376 miliar setelah pencadangan yang signifikan dibukukan pada triwulan pertama 2024.
Pencapaian Laba Sebelum Pajak (PBT) pada triwulan pertama 2025 tersebut ditopang oleh pendapatan bunga dari penempatan pada portofolio surat berharga, saldo rata-rata pembiayaan yang lebih baik, serta pendapatan fee-based yang meningkat pada periode tersebut. Selain itu, pencadangan (CKPN) juga menurun hingga 72,9% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya ketika Bank secara proaktif melakukan manajemen risiko kredit.
Pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) naik 1,4% di tengah meningkatnya biaya bunga. Margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) terkoreksi secara YoY sebesar 20 basis poin menjadi sebesar 4,3%. Namun demikian, NIM pada Maret 2025 relatif stabil dibandingkan NIM pada Desember 2024 yang turun tipis sebesar 4 bps.
Pendapatan non-bunga (fee-based income) meningkat sebesar 54,3% menjadi Rp571 miliar, ditopang oleh pendapatan biaya (fee) dari Global Market (GM) yang naik 309,5% menjadi Rp107 miliar. Pendapatan biaya (fee) dari layanan selain GM juga naik 10,2% menjadi Rp464 miliar, utamanya dari solusi wealth management dan asset recovery.
Bank terus memperkuat fundamentalnya dengan fokus pada segmen utama untuk mendorong pertumbuhan. Hal ini meliputi, pembiayaan untuk segmen non-ritel usaha kecil dan menengah, segmen korporasi dalam negeri berskala besar, serta pembiayaan ritel otomotif. Dengan fokus pada segmen tersebut telah mendorong pertumbuhan Maybank Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Pembiayaan ritel dan non-ritel Community Financial Services (CFS) tumbuh 10,4% menjadi Rp83,78 triliun. Kredit CFS non-ritel naik 16,7% menjadi Rp37,24 triliun didukung pertumbuhan pembiayaan pada segmen komersial (Business Banking) sebesar 25,4%, dan segmen usaha kecil dan menengah (Small Medium Enterprise/SME+), serta segmen Retail SME (RSME) yang masing-masing tumbuh 14,2% dan 10,5%.
Sementara, pembiayaan CFS ritel mencatat pertumbuhan di seluruh segmen ritel sebesar 5,9% menjadi Rp46,54 triliun. Pembiayaan otomotif Anak Perusahaan meningkat 6,1% di tengah pasar otomotif yang melambat, sedangkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan kredit ritel konsumer (kartu kredit dan KTA) masing-masing tumbuh 5,2% dan 7,9%.
Sejalan dengan strategi pertumbuhan yang diterapkan Bank, pembiayaan Global Banking untuk segmen Large Local Corporates (LLC) terus mencatat pertumbuhan yang solid sebesar 31,4%. Pembiayaan Global Banking mencatat penurunan sebesar 17,2% seiring dengan dilakukannya portfolio rebalancing.
Total kredit yang disalurkan mencapai Rp122 triliun, relatif sama dibandingkan pada Maret 2024. Total aset Bank meningkat 6,8% menjadi Rp189,81 triliun.
Dana pihak ketiga (DPK) mengalami penurunan sebesar 4,9% menjadi Rp111,50 triliun sehubungan dengan pengelolaan biaya dana yang ditempuh Bank. Giro tumbuh 6,3%, sedangkan Tabungan turun 5,2%. Meski demikian, CASA tercatat naik 1,6%. Rasio CASA juga meningkat menjadi 53,0% pada Maret 2025 dari 49,7% pada Maret 2024.
Platform perbankan digital untuk nasabah ritel (M2U) mencatat peningkatan transaksi sebesar 27,7% mencapai 7,2 juta transaksi, sementara platform untuk nasabah korporasi (M2E) juga mengalami kenaikan transaksi sebesar 21,3% mencapai 1,3 juta transaksi.
Bank terus berinvestasi dalam meningkatkan kapabilitas teknologi informasi serta merealisasikan inisiatif strategis yang selaras dengan strategi Maybank Group M25+. Selain itu, Bank juga terus memperkuat kapabilitas SDM-nya sehingga biaya overhead meningkat sebesar 7,1%.
Rasio BOPO (Beban Operasional Pendapatan Operasional) sebesar 87,5% pada Maret 2025 dibandingkan 107,5% pada Maret 2024 dan Cost to income ratio/CIR sebesar 69,8% pada Maret 2025 dibandingkan 72,2% pada Maret 2024.
Rasio Non-performing loans/NPL membaik dari 2,7% (gross) dan 1,7% (net) pada Maret 2024 menjadi 2,4% (gross) dan 1,5% (net) pada Maret 2025. Saldo NPL menurun sebesar 12,6% dan rasio Loan at Risk/LAR (Bank saja) berada pada level 8,2% per Maret 2025 dari 8,3% pada Maret 2024.
Rasio Loan to Deposit/LDR (Bank saja) tercatat sebesar 92,0%, sedangkan Liquidity Coverage Ratio/LCR (Bank saja) berada di tingkat yang sehat sebesar 168,1%, jauh di atas ketentuan regulator sebesar 100%. Net Stable Funding Ratio/NSFR (Bank saja) tercatat sebesar 106,7%.
Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) tetap kuat di level 25,7%, dan CET1 di 24,5%.
Perbankan Syariah
Selaras dengan strategi super growth, pembiayaan ritel dan non-ritel CFS berbasis Syariah mencatat pertumbuhan sebesar 15,8% menjadi Rp20,98 triliun. Pembiayaan CFS non-ritel Syariah meningkat 25,7% didorong pertumbuhan pada segmen komersial, SME+ dan RSME. Pembiayaan CFS ritel Syariah juga tumbuh 5,9% ditopang oleh kinerja yang solid pada pembiayaan otomotif Anak Perusahaan dan properti.
Aset Perbankan Syariah membukukan kenaikan sebesar 0,7% menjadi Rp41,52 triliun. Ada pun total aset Perbankan Syariah ini berkontribusi sebesar 23,5% terhadap aset Bank (Bank saja).
Pendapatan operasional (gross) Perbankan Syariah meningkat 16,0% didorong kenaikan pendapatan setelah distribusi bagi hasil (NII) sebesar 13,8%, serta pendapatan operasional lainnya (fee-based) yang naik sebesar 30,2% utamanya dari solusi Shariah Wealth Management dan asset recovery. PBT Perbankan Syariah naik 149.1% mencapai Rp149 miliar.
Giro dan tabungan Perbankan Syariah masing-masing tumbuh sebesar 22,5% dan 4,2%. CASA Syariah tumbuh 12,0% hingga Rp19,03 triliun dan rasio CASA menguat menjadi 57,6% pada Maret 2025 dari 48,9% pada Maret 2024. DPK Syariah mengalami penurunan sebesar 4,9% menjadi Rp33,02 triliun oleh karena Deposito Berjangka yang turun 21,1% seiring dengan langkah Bank untuk meningkatkan porsi dana murah.
Rasio Non-Performing Financing/NPF membaik menjadi 2,4% (gross) dan 1,7% (net) pada Maret 2025 dibandingkan dengan 2,5% (gross) dan 1,8% (net) pada Maret 2024. Rasio Pembiayaan terhadap DPK (Financing-to-Deposit/FDR) tercatat sebesar 84,2% pada Maret 2025 dibandingkan 87,9% pada Maret 2024.
Pencapaian yang ditoreh Perbankan Syariah tersebut tidak terlepas dari diterapkannya strategi super growth dan strategi ‘Shariah First’ yang menitikberatkan pada upaya untuk mendahulukan penawaran solusi dan layanan berbasis Syariah kepada nasabah. Selain itu, kedua strategi ini juga telah menjadi pendorong utama pertumbuhan Perbankan Syariah.
Presiden Direktur Maybank Indonesia, Steffano Ridwan, mengatakan bahwa Maybank Indonesia telah memulai tahun 2025 dengan membukukan profitabilitas secara year-on-year yang solid didorong oleh pertumbuhan pembiayaan berkelanjutan pada segmen yang strategis. Selain itu, pencadangan pada triwulan I 2025 dibukukan lebih rendah dibandingkan dengan pencadangan yang dllakukan pada triwulan yang sama tahun lalu.
“Fokus berkelanjutan kami dalam memperkuat kapabilitas Bank telah menghasilkan pertumbuhan bisnis yang konsisten khususnya portofolio pembiayaan ritel, usaha kecil dan menengah, serta pembiayaan korporasi lokal berskala besar. Dalam upaya untuk meningkatkan ketangguhan dan kemampuan kami dalam menggapai peluang pertumbuhan lebih lanjut, secara proaktif kami akan terus meninjau, serta melakukan rebalancing terhadap portofolio pembiayaan agar selaras dengan strategi super growth yang telah ditetapkan dan terus menjaga kualitas aset pada yang sehat.”
Steffano menegaskan bahwa Maybank Indonesia akan terus mengedepankan pendekatan consumer centric berfokus pada nasabah dalam setiap penyelenggaraan solusi dan layanan Bank sejalan dengan strategi M25+ Maybank Group. Langkah ini diharapkan dapat mendukung terwujudnya nilai tambah dalam jangka panjang bagi para pemangku kepentingan Bank.
Presiden Komisaris Maybank Indonesia, Dato’ Khairussaleh Ramli, mengatakan bahwa Maybank Indonesia telah kembali meningkatkan profitabilitasnya, dan di saat yang sama menunjukkan ketahanan serta fundamental yang solid di tengah tantangan ekonomi global yang di sepanjang awal tahun 2025. "Kinerja positif Maybank Indonesia pada triwulan pertama tahun ini tidak terlepas dari penerapan strategi M25+ yang turut mendorong pertumbuhan kuat di seluruh lini bisnis Bank.”
Pada triwulan pertama 2025, Maybank Indonesia meraih sejumlah penghargaan dengan predikat, 'Best Bank for Sustainable Finance - Indonesia' pada ajang Global Finance Sustainable Finance Awards 2025, serta dua penghargaan bergengsi Euromoney Private Banking Awards 2025 dengan meraih predikat 'Indonesia’s Best for High Net Worth' dan 'Indonesia’s Best for Digital Solutions'.
Anak Perusahaan
PT Maybank Indonesia Finance (Maybank Finance)
Di tengah melambatnya pasar otomotif roda empat akibat kondisi ekonomi global yang tidak pasti, pembiayaan roda empat Maybank Finance meningkat sebesar 2,8% menjadi Rp7,64 triliun. Peningkatan ini juga didukung oleh upaya berkelanjutan Maybank Indonesia dalam menerapkan strategi super growth khususnya pendekatan solusi terpadu ‘One-Maybank’.
PBT Maybank Finance meningkat sebesar 5,4% menjadi Rp142 miliar. Rasio NPL tetap terjaga di level 0,2% (gross) dan 0,1% (net) pada Maret 2025 dan 2024.
PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOM)
Seiring dengan lesunya pasar otomotif, pembiayaan kendaraan otomotif roda dua WOM mampu mencatat kenaikan sebesar 0,2% menjadi Rp6,24 triliun. Kolaborasi antar entitas Maybank melalui ‘One-Maybank’ masih terus digalakkan. Hal ini telah membuat portofolio pembiayaan WOM mampu bertahan di tengah pasar otomotif yang menantang.
Demikian juga, kondisi pasar otomotif yang melambat turut berdampak pada tingkat profitabilitas WOM. PBT tercatat sebesar Rp80 miliar dari Rp86 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Rasio NPL tercatat sebesar 2,2% (gross) dan 1,0% (net) pada Maret 2025, dibandingkan 2,1% (gross) dan 0,9% (net) pada Maret 2024.*****
Catatan untuk Editor
Maybank Indonesia merupakan salah satu bank terkemuka di Indonesia yang memiliki jaringan regional maupun internasional Grup Maybank. Maybank Indonesia menyediakan serangkaian produk dan jasa komprehensif bagi nasabah individu maupun korporasi melalui layanan Community Financial Services (Perbankan Ritel dan Perbankan Non-Ritel) dan Perbankan Global, serta pembiayaan otomotif melalui entitas anak yaitu WOM Finance untuk kendaraan roda dua dan Maybank Finance untuk kendaraan roda empat. Maybank Indonesia juga terus mengembangkan layanan dan kapasitas Digital Banking melalui M2U (App dan Web), M2E untuk nasabah korporasi dan berbagai saluran lainnya.
Pada Maret 2025, Maybank Indonesia memiliki 282 cabang termasuk cabang Syariah yang tersebar di Indonesia dan satu cabang luar negeri (Mumbai, India); 22 KCP Mobile dan 742 ATM (termasuk 26 Cash Recycle Machines/CRM) yang terkoneksi dengan lebih dari 20.000 ATM tergabung dalam jaringan ATM PRIMA, ATM BERSAMA, ALTO, CIRRUS, dan terhubung dengan 3.500 ATM Maybank di Singapura, Malaysia dan Brunei. Maybank Indonesia mengelola simpanan nasabah sebesar Rp111,50 triliun dan memiliki total aset senilai Rp189,81 triliun pada Maret 2025.
Untuk informasi lebih lanjut:
Bayu Irawan
Head, Corporate Communications
Email: ccommunications@maybank.co.id
Telp: +6221 2922-888