3 Maret 2025
Sepekan terakhir IHSG mengalami pelemahan sebesar 7,83% didorong oleh sektor kebutuhan dasar dan sektor energi yang masing-masing menyumbang -12,64% dan -8,87% terhadap indeks. Perlu diwaspadai juga dikarenakan investor asing telah melakukan aksi jual sebesar Rp5,44 triliun dalam sepekan terakhir.
Indonesia mencatat pertumbuhan M2 Money Supply yang terus meningkat, bahkan lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya ekspansi moneter yang berkelanjutan.
Di pasar keuangan domestik, volatilitas semakin meningkat seiring dengan munculnya berbagai sentimen negatif yang memicu koreksi berturut-turut pada indeks. IHSG kini turun di bawah level 6.300, didorong oleh berbagai faktor, termasuk meningkatnya risiko perang dagang antara AS dan China, ketidakpastian terkait kebijakan domestik, serta pelebaran spread imbal hasil obligasi.
Sementara itu, Indonesia baru saja meresmikan lembaga pengelola investasi Daya Anagata Nusantara Investment Management Agency (Danantara) yang bertujuan meningkatkan kepercayaan investor melalui pendekatan investasi jangka panjang. Lembaga ini akan mengelola BUMN secara lebih strategis dengan fokus pada pertumbuhan dan peningkatan valuasi jangka panjang. Namun, pasar masih dalam tahap menganalisis dampak dari konsolidasi ini terhadap investasi domestik.
Di sisi pasar obligasi, terjadi arus keluar dana asing yang dipicu oleh faktor eksternal, seperti pelebaran spread antara imbal hasil obligasi AS dan Indonesia. Imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun naik kembali ke level 6,9%, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun masih berada di sekitar 4,26%. Pelemahan Rupiah juga cukup signifikan, dengan nilai tukar kini berada di sekitar Rp16.580 per USD, yang mencerminkan meningkatnya sentimen risk-off di pasar global.
Tekanan terhadap pasar ekuitas Indonesia semakin kuat setelah Morgan Stanley menurunkan peringkat alokasi Indonesia menjadi Underweight, yang bertepatan dengan pengurangan bobot saham Indonesia dalam indeks MSCI. Hal ini memicu aksi rebalancing dari dana investasi global, baik yang dikelola secara aktif maupun pasif, sehingga menyebabkan serangkaian koreksi pada indeks saham domestik.
Namun, pasar obligasi Indonesia masih menunjukkan ketahanan, karena tetap menjadi salah satu yang menawarkan imbal hasil tertinggi di antara negara-negara berkembang. Ke depan, diperkirakan imbal hasil akan terus mengalami penurunan, dan ketika likuiditas mulai membaik, pasar saham berpotensi untuk bangkit dari level terendahnya saat ini. Saat ini, valuasi saham-saham Indonesia diperdagangkan sekitar 2 standar deviasi di bawah rata-rata historis 10 tahun, yang menunjukkan bahwa harga saham-saham di Indonesia tergolong murah secara historis. Jika tren pemangkasan suku bunga global terus berlanjut dan investor kembali mengambil sikap yang lebih agresif terhadap aset berisiko, kemungkinan besar pasar Indonesia akan kembali menarik perhatian investor global.
Pertumbuhan ekonomi AS untuk kuartal keempat 2024 sesuai dengan perkiraan, meskipun mengalami perlambatan dan menjadi yang paling lambat dalam tiga kuartal terakhir. Di sisi lain, data klaim pengangguran awal untuk minggu sebelumnya lebih tinggi dari ekspektasi pasar, menunjukkan potensi pelemahan di pasar tenaga kerja.
Ketegangan perdagangan antara China dan Amerika Serikat kembali meningkat setelah Presiden Trump mengumumkan rencana penerapan tarif tambahan sebesar 10% terhadap ekspor China, yang akan berlaku mulai 4 Maret. Jika sebelumnya kebijakan tarif Trump masih dapat diterima dengan cukup baik oleh pasar, kali ini pengumuman tersebut mendapat respons yang lebih agresif dari China. Pemerintah China mengeluarkan peringatan bahwa ketegangan perdagangan antara kedua negara bisa semakin memburuk, menciptakan ketidakpastian di pasar global.
Meskipun Trump dikenal sering menggunakan tarif sebagai alat negosiasi, keputusan ini tetap mengejutkan bagi banyak pihak, termasuk pelaku pasar di China. Presiden Xi Jinping sendiri belum memberikan pernyataan resmi, tetapi ia meminta para pejabatnya untuk tetap tenang dalam menghadapi situasi ini. Meski demikian, ada indikasi bahwa kedua negara masih ingin menjaga hubungan dagang mereka, yang memberikan sedikit harapan bahwa ketegangan ini tidak akan berujung pada eskalasi yang lebih parah.
Pasar China masih mencermati dampak kebijakan ini terhadap sektor ekspor dan industri domestik. Selain itu, investor juga mengamati apakah pemerintah China akan mengambil langkah-langkah stimulus tambahan untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah meningkatnya ketidakpastian global.
Sumber : Refinitiv
Data Makro
Data Makro | Sekarang | Sebelumnya |
---|---|---|
PDB ID | 5,03% | 5,05% |
Inflasi ID | 0,76% | 1,57% |
Suku Bunga ID | 5,75% | 5,75% |
Pengangguran ID | 4,82% | 5,32% |
Neraca Dagang ID | $3,45BIo | $2,24 Bio |
Kalender Ekonomi
Minggu Ini | |||
---|---|---|---|
Tanggal | Indikator Ekonomi | Data Konsensus | Data Sebelumnya |
3 Maret | ID - S&P Global Manufacturing PMI | 52,3 | 51,9 |
CN - Caixin Manufacturing PMI | 50,3 | 50,1 | |
ID - Inflation m/m | 0,02% | -0,76% | |
ID - Inflation y/y | 0,41% | 0,76% | |
ID - Core Inflation y/y | 2,45% | 2,36% | |
4 Maret | EU - Unemployment Rate | 6,3% | 6,3% |
EU - Interest Rate | 2,65% | 2,9% | |
6 Maret | US – Initial Jobless Claim | 340k | 242k |
7 Maret | US - Non-Farm Payrolls | 133k | 143k |
US - Unemployment Rate | 4% | 4% | |
CN - Trade Balance | $120Bio | $104,84Bio |
Minggu Sebelumnya | ||||
---|---|---|---|---|
Tanggal | Indikator Ekonomi | Data Aktual | Data Konsensus | Data Sebelumnya |
24 Februari | EU – Inflation m/m | -0,3% | -0,3% | 0,4% |
EU – Inflation y/y | 2,5% | 2,5% | 2,4% | |
EU – Core Inflation y/y | 2,7% | 2,7% | 2,7% | |
27 Februari | US - GDP Growth Rate q/q | 2,3% | 2,3% | 3,1% |
US – Initial Jobless Claim | 242k | 220k | 219k | |
28 Februari | US - Core PCE Price Index | 0,3% | 0,3% | 0,2% |
Produk Fokus
PROFIL RISIKO | ASSET CLASS | PRODUK INVESTASI | KINERJA* | ||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
DENOMINASI USD | 1 tahun | 1 bulan | 3 bulan | 6 bulan | YTD | ||
Low To Medium | Fixed Income | Ashmore Dana USD Nusantara | -1,79% | -3,86% | -2,06% | -1,79% | -2,61% |
Fixed Income | BNP Paribas Prima USD Kelas RK1 | 0,58% | -1,01% | 0,84% | 0,58% | 2,01% | |
Fixed Income | BRI Melati Premium Dollar | 0,59% | -2,17% | -0,90% | 0,59% | -0,54% | |
Fixed Income | Eastspring Syariah Fixed Income USD – Kelas A | 0,70% | -0,65% | 0,46% | 0,70% | 1,17% | |
Fixed Income | Schroder USD Bond | 0,87% | -0,49% | 1,10% | 0,87% | 2,23% | |
Medium to High | Develop Market Equity | Allianz High Dividend Global Sharia Equity Dollar | -0,97% | -1,96% | 0,60% | -0,97% | 7,64% |
Technology Equity | Batavia Technology Sharia Equity | 3,93% | 5,39% | 14,10% | 3,93% | 17,06% | |
China Equity | BNP Paribas Greater China Equity Syariah USD RK1 | 2,01% | -0,54% | 17,00% | 2,01% | 21,17% | |
Develop Market Equity | Schroder Global Sharia Equity | 2,72% | 1,79% | 5,18% | 2,72% | 13,88% | |
China Equity | Eastspring Syariah Greater China Equity USD A | -1,01% | -4,28% | 4,97% | -1,01% | 4,07% |
Produk Fokus
PROFIL RISIKO | ASSET CLASS | PRODUK INVESTASI | KINERJA* | ||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
DENOMINASI RUPIAH | 1 tahun | 1 bulan | 3 bulan | 6 bulan | YTD | ||
Low To Medium | Fixed Income | Ashmore Dana Obligasi Unggulan Nusantara | 0,66% | -0,54% | -0,56% | 0,66% | -1,30% |
Fixed Income | Batavia Dana Obligasi Ultima | 0,38% | -0,28% | 0,23% | 0,38% | -0,51% | |
Fixed Income | Eastspring Investments IDR High Grade Kelas A | 0,34% | -0,70% | -0,88% | 0,34% | -0,80% | |
Fixed Income | Maybank Obligasi Syariah Negara | 0,21% | -0,74% | -0,73% | 0,21% | -1,80% | |
Fixed Income | Schroder Dana Mantap Plus II | 0,40% | 0,21% | -1,32% | 0,40% | -2,61% | |
Medium To High | All Cap Equity | Allianz Alpha Sector Rotation Kelas A | -2,88% | -11,26% | -5,54% | -2,88% | -8,13% |
SMC | Batavia Dana Saham Optimal | -3,16% | -8,36% | -4,64% | -3,16% | -6,92% | |
Big Cap Equity | BNP Paribas Pesona Syariah | -4,62% | -10,04% | -6,82% | -4,62% | -4,02% | |
All Cap Equity | Eastspring Investment Alpha Navigator Kelas A | -2,97% | -9,37% | -5,32% | -2,97% | -4,95% | |
Index Fund Equity | Maybank Financial Infobank15 Index | 0,88% | -10,93% | -7,00% | 0,88% | -10,12% | |
All Cap Equity | Schroder Dana Prestasi | -2,64% | -10,19% | -6,89% | -2,64% | -9,23% | |
Index | Index Harga Saham Gabungan | -0,09% | -6,56% | -2,33% | -0,09% | -1,65% |
*= NAV 30 Januari 2025
Informasi yang tercantum di atas diperoleh dari sumber-sumber yang dapat diandalkan, namun demikian PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (untuk selanjutnya disebut “Bank”) tidak melakukan verifikasi secara tersendiri. Informasi-informasi ini seharusnya hanya digunakan sebagai alternatif sumber informasi dan bukan sebagai rekomendasi atau saran untuk pembelian efek, komoditas, atau produk investasi lainnya, atau untuk melakukan perjanjian investasi dan atau valuta asing. Bank tidak bertanggung jawab dan tidak menjamin isi, keakuratan, ataupun kelengkapan informasi maupun waktu atau menyatakan bahwa informasi ini dapat diandalkan dengan alasan apapun. Kinerja di masa lampau bukanlah merupakan cerminan kinerja yang akan datang. Siapapun yang berencana untuk berinvestasi harus mempertimbangkan investasi yang cocok dengan memperhatikan tujuan investasi tertentu, profil risiko, dan berkonsultasi dengan konsultan keuangan yang profesional. Investor harus menyadari bahwa merupakan tanggung jawab pribadinya untuk memperoleh pendapat hukum dan atau pendapat pajak terlebih dahulu mengenai konsekuensi hukum dan pajak atas transaksi investasinya. Dokumen ini hanya diperuntukkan untuk kalangan terbatas dan tidak untuk disebarluaskan, sedangkan informasi dan atau pandangan yang tertera dalam dokumen ini merupakan penilaian Bank semata untuk saat ini dimana hal tersebut dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
PT Bank Maybank Indonesia Tbk adalah Agen Penjual Efek Reksa Dana. Reksa Dana adalah produk pasar modal yang dikelola oleh Manajer Investasi dan bukan merupakan produk Bank, sehingga tidak dijamin oleh Bank serta tidak termasuk dalam cakupan obyek program penjaminan simpanan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan. Bank tidak bertanggung jawab atas kinerja maupun segala tuntutan serta risiko atas pengelolaan Reksa Dana.
PT Bank Maybank Indonesia Tbk berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) & Bank Indonesia.