17 Februari 2025
Sepekan terakhir IHSG mengalami pelemahan sebesar 1,54% didorong oleh sektor energi dan sektor infrastruktur yang masing-masing menyumbang -3,57% dan -3,45% terhadap indeks. Investor asing juga melakukan aksi jual sebesar Rp2,92 triliun. Indeks kepercayaan konsumen mengalami sedikit penurunan karena melemahnya daya beli, tetapi pertumbuhan penjualan ritel justru mengalami perbaikan dibandingkan bulan sebelumnya.
Di pasar obligasi, terjadi fenomena bear steepening, yaitu penurunan imbal hasil obligasi jangka pendek lebih besar dibandingkan obligasi jangka panjang. Hal ini tercermin dalam hasil lelang terbaru SRBI 12 bulan, di mana imbal hasilnya turun ke 6,46%, lebih rendah dari imbal hasil obligasi pemerintah 1 tahun yang berada di 6,59%. Ini adalah pertama kalinya SRBI memiliki imbal hasil lebih rendah dari obligasi pemerintah sejak instrumen ini pertama kali diterbitkan pada September 2023.
Penurunan imbal hasil ini menunjukkan bahwa Bank Indonesia mulai mengurangi penerbitan instrumen moneter yang mahal, sehingga mengurangi penyerapan likuiditas di pasar. Dengan adanya rencana pemangkasan belanja pemerintah, ini bisa menjadi sinyal bahwa imbal hasil obligasi masih berpotensi turun lebih lanjut, terutama untuk tenor pendek.
Dari sisi pasar saham, valuasi saham Indonesia masih relatif murah, terutama untuk perusahaan dengan fundamental kuat. Indeks IDX30 saat ini diperdagangkan di level 10,6 kali Price/Earnings, yang sudah berada di bawah dua standar deviasi dari rata-rata 10 tahun terakhir. Ini menunjukkan bahwa saham-saham blue-chip sedang berada di level diskon yang cukup dalam.
Faktor pendorong pertumbuhan masih ada sepanjang tahun ini, didukung oleh tren peningkatan dividen. Dari perspektif total return, saham Indonesia masih sangat menarik untuk investasi jangka menengah hingga panjang. Sementara itu, obligasi juga menarik, mengingat tren penurunan imbal hasil dengan kurva imbal hasil yang semakin curam. Dengan pasokan obligasi yang diperkirakan tetap ketat tahun ini, kami tetap optimis terhadap prospek kedua kelas aset tersebut.
Inflasi tahunan di AS kembali meningkat pada Januari menjadi 3%, lebih tinggi dari perkiraan 2,9%. Inflasi inti juga naik menjadi 3,3%, lebih tinggi dari bulan sebelumnya (3,2%) dan ekspektasi pasar (3,1%). Kenaikan ini menimbulkan kekhawatiran baru terkait upaya pengendalian inflasi.
Sementara itu, data klaim pengangguran awal menunjukkan angka yang lebih rendah dari pekan sebelumnya, menandakan bahwa pasar tenaga kerja masih cukup kuat. Kondisi ini menyebabkan perubahan ekspektasi suku bunga, di mana pasar kini memperkirakan bahwa penurunan suku bunga tahun ini kemungkinan hanya sebesar 25 bps. Namun, meskipun ada volatilitas dalam ekspektasi jumlah pemotongan suku bunga, arah kebijakan secara umum masih mengarah pada pemangkasan suku bunga, yang menguntungkan aset berisiko seperti saham dan obligasi di pasar negara berkembang.
Selain itu, rencana Trump untuk menaikkan tarif impor kembali menjadi perhatian. Kali ini, kebijakan tarif akan diterapkan berdasarkan negara asal barang dan paling cepat diberlakukan pada 1 April. Meskipun ini memberikan sedikit kelegaan bagi mitra dagang utama AS, hal ini juga menunjukkan bahwa tarif masih menjadi alat negosiasi AS. Jika tarif benar-benar diterapkan, pendapatan pemerintah bisa meningkat, tetapi kekhawatiran terhadap inflasi juga akan kembali muncul.
Jepang masih mencatatkan surplus neraca berjalan, meskipun nilainya lebih rendah dari perkiraan. Ini menunjukkan bahwa Jepang masih memiliki pendapatan lebih banyak dari ekspor dibandingkan dengan pengeluarannya untuk impor.
Inflasi tahunan India ternyata lebih rendah dari perkiraan, sementara pertumbuhan produksi manufaktur juga melemah. Hal ini bisa menjadi indikasi bahwa tekanan harga dan aktivitas industri sedang melambat.
Sumber : Refinitiv
Data Makro
Data Makro | Sekarang | Sebelumnya |
---|---|---|
PDB ID | 4,95% | 5,05% |
Inflasi ID | 1,57% | 1,55% |
Suku Bunga ID | 5,75% | 6% |
Pengangguran ID | 4,82% | 5,32% |
Neraca Dagang ID | $2,47 Bio | $3,26 Bio |
Kalender Ekonomi
Minggu Ini | |||
---|---|---|---|
Tanggal | Indikator Ekonomi | Data Konsensus | Data Sebelumnya |
17 Februari | JP – GDP Growth Rate q/q | 0,3% | 0,2% |
ID - Trade Balance | $1,91 Bio | $2,24 Bio | |
EU – Trade Balance | €14,4 Bio | € 16,4 Bio | |
19 Februari | JP – Trade Balance | - ¥2104 Bio | ¥ 130,9 Bio |
ID – Interest Rate | 5,75% | 5,75% | |
EU – Current Account | €32 Bio | €34,6 Bio | |
20 Februari | US – Initial Jobless Claim | 216k | 213k |
ID – Current Account | - $0,6 Bio | - $2,2 Bio | |
CN – Interest Rate | 3,6% | 3,6% | |
21 Februari | JP – Inflation m/m | 0,2% | 0,6% |
JP – Inflation y/y | 3,7% | 3,6% | |
JP – Core Inflation y/y | 3,1% | 3% |
Minggu Sebelumnya | ||||
---|---|---|---|---|
Tanggal | Indikator Ekonomi | Data Aktual | Data Konsensus | Data Sebelumnya |
12 Februari | US – Inflation Rate m/m | 0,5% | 0,3% | 0,4% |
US – Inflation Rate y/y | 3% | 2,9% | 2,9% | |
US – Core Inflation m/m | 0,4% | 0,3% | 0,2% | |
US – Core Inflation y/y | 3,3% | 3,1% | 3,2% | |
14 Februari | EU – GDP Growth Rate q/q 2nd Est. | 0,1% | 0% | 0,4% |
EU – GDP Growth Rate y/y 2nd Est. | 0,9% | 0,9% | 0,9% | |
US - Retail Sales m/m | -0,9% | 0% | 0,4% | |
US - Retail Sales y/y | 4,2% | 3,7% | 4,4% |
Produk Fokus
PROFIL RISIKO | ASSET CLASS | PRODUK INVESTASI | KINERJA* | ||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
DENOMINASI USD | 1 tahun | 1 bulan | 3 bulan | 6 bulan | YTD | ||
Low To Medium | Fixed Income | Ashmore Dana USD Nusantara | -1,79% | -3,86% | -2,06% | -1,79% | -2,61% |
Fixed Income | BNP Paribas Prima USD Kelas RK1 | 0,58% | -1,01% | 0,84% | 0,58% | 2,01% | |
Fixed Income | BRI Melati Premium Dollar | 0,59% | -2,17% | -0,90% | 0,59% | -0,54% | |
Fixed Income | Eastspring Syariah Fixed Income USD – Kelas A | 0,70% | -0,65% | 0,46% | 0,70% | 1,17% | |
Fixed Income | Schroder USD Bond | 0,87% | -0,49% | 1,10% | 0,87% | 2,23% | |
Medium to High | Develop Market Equity | Allianz High Dividend Global Sharia Equity Dollar | -0,97% | -1,96% | 0,60% | -0,97% | 7,64% |
Technology Equity | Batavia Technology Sharia Equity | 3,93% | 5,39% | 14,10% | 3,93% | 17,06% | |
China Equity | BNP Paribas Greater China Equity Syariah USD RK1 | 2,01% | -0,54% | 17,00% | 2,01% | 21,17% | |
Develop Market Equity | Schroder Global Sharia Equity | 2,72% | 1,79% | 5,18% | 2,72% | 13,88% | |
China Equity | Eastspring Syariah Greater China Equity USD A | -1,01% | -4,28% | 4,97% | -1,01% | 4,07% |
Produk Fokus
PROFIL RISIKO | ASSET CLASS | PRODUK INVESTASI | KINERJA* | ||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
DENOMINASI RUPIAH | 1 tahun | 1 bulan | 3 bulan | 6 bulan | YTD | ||
Low To Medium | Fixed Income | Ashmore Dana Obligasi Unggulan Nusantara | 0,66% | -0,54% | -0,56% | 0,66% | -1,30% |
Fixed Income | Batavia Dana Obligasi Ultima | 0,38% | -0,28% | 0,23% | 0,38% | -0,51% | |
Fixed Income | Eastspring Investments IDR High Grade Kelas A | 0,34% | -0,70% | -0,88% | 0,34% | -0,80% | |
Fixed Income | Maybank Obligasi Syariah Negara | 0,21% | -0,74% | -0,73% | 0,21% | -1,80% | |
Fixed Income | Schroder Dana Mantap Plus II | 0,40% | 0,21% | -1,32% | 0,40% | -2,61% | |
Medium To High | All Cap Equity | Allianz Alpha Sector Rotation Kelas A | -2,88% | -11,26% | -5,54% | -2,88% | -8,13% |
SMC | Batavia Dana Saham Optimal | -3,16% | -8,36% | -4,64% | -3,16% | -6,92% | |
Big Cap Equity | BNP Paribas Pesona Syariah | -4,62% | -10,04% | -6,82% | -4,62% | -4,02% | |
All Cap Equity | Eastspring Investment Alpha Navigator Kelas A | -2,97% | -9,37% | -5,32% | -2,97% | -4,95% | |
Index Fund Equity | Maybank Financial Infobank15 Index | 0,88% | -10,93% | -7,00% | 0,88% | -10,12% | |
All Cap Equity | Schroder Dana Prestasi | -2,64% | -10,19% | -6,89% | -2,64% | -9,23% | |
Index | Index Harga Saham Gabungan | -0,09% | -6,56% | -2,33% | -0,09% | -1,65% |
*= NAV 30 Januari 2025
Informasi yang tercantum di atas diperoleh dari sumber-sumber yang dapat diandalkan, namun demikian PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (untuk selanjutnya disebut “Bank”) tidak melakukan verifikasi secara tersendiri. Informasi-informasi ini seharusnya hanya digunakan sebagai alternatif sumber informasi dan bukan sebagai rekomendasi atau saran untuk pembelian efek, komoditas, atau produk investasi lainnya, atau untuk melakukan perjanjian investasi dan atau valuta asing. Bank tidak bertanggung jawab dan tidak menjamin isi, keakuratan, ataupun kelengkapan informasi maupun waktu atau menyatakan bahwa informasi ini dapat diandalkan dengan alasan apapun. Kinerja di masa lampau bukanlah merupakan cerminan kinerja yang akan datang. Siapapun yang berencana untuk berinvestasi harus mempertimbangkan investasi yang cocok dengan memperhatikan tujuan investasi tertentu, profil risiko, dan berkonsultasi dengan konsultan keuangan yang profesional. Investor harus menyadari bahwa merupakan tanggung jawab pribadinya untuk memperoleh pendapat hukum dan atau pendapat pajak terlebih dahulu mengenai konsekuensi hukum dan pajak atas transaksi investasinya. Dokumen ini hanya diperuntukkan untuk kalangan terbatas dan tidak untuk disebarluaskan, sedangkan informasi dan atau pandangan yang tertera dalam dokumen ini merupakan penilaian Bank semata untuk saat ini dimana hal tersebut dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
PT Bank Maybank Indonesia Tbk adalah Agen Penjual Efek Reksa Dana. Reksa Dana adalah produk pasar modal yang dikelola oleh Manajer Investasi dan bukan merupakan produk Bank, sehingga tidak dijamin oleh Bank serta tidak termasuk dalam cakupan obyek program penjaminan simpanan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan. Bank tidak bertanggung jawab atas kinerja maupun segala tuntutan serta risiko atas pengelolaan Reksa Dana.
PT Bank Maybank Indonesia Tbk berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) & Bank Indonesia.