10 Februari 2025

Domestik

Sepekan terakhir IHSG mengalami pelemahan sebesar 5,16% didorong oleh sektor energi dan sektor kebutuhan dasar yang masing-masing menyumbang -7,60% dan -5,49% terhadap indeks. Investor asing juga melakukan aksi jual sebesar Rp3,06 triliun.

Data inflasi tahunan Indonesia menunjukkan perlambatan signifikan, terutama karena adanya diskon tarif listrik. Namun, pertumbuhan ekonomi tahunan lebih baik dari perkiraan, meskipun masih di bawah target resmi 5,2%.

Di pasar keuangan, imbal hasil SRBI 12 bulan turun ke 6,57% dalam lelang terbaru, menunjukkan tren penurunan lebih lanjut setelah pemangkasan suku bunga BI yang mengejutkan sebelumnya. Ini juga berkontribusi pada optimisme di pasar modal Indonesia.

Saat ini, indeks saham blue-chip global mengalami kenaikan, tetapi IHSG justru mengalami koreksi karena adanya pergeseran minat investor ke saham bernilai tinggi (value stocks). Dalam lima tahun terakhir, terdapat perbedaan valuasi yang semakin besar antara indeks saham utama Indonesia. Ini menciptakan peluang investasi di perusahaan dengan fundamental kuat yang saat ini masih diperdagangkan dengan valuasi murah.

Selain itu, investasi asing langsung (FDI) ke Indonesia terus tumbuh dengan laju tercepat sejak kuartal keempat 2022, didorong oleh investasi di energi hijau, kendaraan listrik, dan manufaktur. Moderasi sikap Trump terhadap tarif Tiongkok juga bisa menjadi katalis positif bagi negara-negara emerging market seperti Indonesia.

Secara keseluruhan, kondisi saat ini memberikan peluang baik bagi investor untuk tetap berinvestasi, dengan potensi pertumbuhan lebih lanjut di saham dan obligasi Indonesia, terutama dengan adanya kejelasan arah investasi asing sejalan dengan kebijakan permintaan yang dicanangkan Presiden baru.

Amerika

Minggu ini, AS merilis data PMI untuk sektor manufaktur dan jasa. Sektor manufaktur akhirnya mencatat ekspansi setelah mengalami kontraksi selama 26 bulan berturut-turut. Namun, sektor jasa mengalami perlambatan pertumbuhan. Data lowongan pekerjaan menunjukkan pasar tenaga kerja yang terus melemah secara bertahap.

Selain itu, isu utama yang menarik perhatian investor adalah ketidakpastian terkait kebijakan tarif perdagangan serta dampaknya terhadap anggaran federal AS. Imbal hasil obligasi AS tetap tinggi secara historis, dan pejabat pemerintah menegaskan bahwa mereka ingin menurunkannya, meskipun ini belum tentu dilakukan dengan menurunkan suku bunga The Fed lebih jauh.

Terkait kebijakan perdagangan, Presiden Trump menunda penerapan tarif impor yang awalnya dijadwalkan mulai 4 Februari hingga 30 hari ke depan setelah pembicaraan mendadak dengan pemimpin Kanada dan Meksiko. Penundaan ini diberikan dengan imbalan komitmen dari Kanada dan Meksiko untuk membantu prioritas AS, seperti mengurangi imigrasi ilegal dan memperketat pengawasan fentanyl (obat ilegal yang menjadi masalah besar di AS).

Jika tarif ini diterapkan penuh tanpa negosiasi, AS berpotensi mendapatkan tambahan pendapatan sekitar USD 300 miliar dari Kanada, Meksiko, dan China. Namun, ini masih perkiraan optimis karena bergantung pada asumsi bahwa volume impor tidak akan menurun akibat kenaikan harga. Dengan total penerimaan pemerintah federal AS tahun 2024 sebesar USD 4,92 triliun, pendapatan tarif ini bisa menambah sekitar 6,1% dari total pendapatan tahunan AS.

Di tengah ketidakpastian ini, investor global mencari aset aman, yang mendorong harga emas mencapai rekor tertinggi baru. Sementara itu, imbal hasil obligasi 10 tahun AS tetap di sekitar 4,43%, jauh di atas rata-rata 10 tahunnya sebesar 2,5%. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, ingin menurunkan imbal hasil obligasi dengan strategi "3-3-3", yaitu menargetkan defisit fiskal turun dari 6,4% ke 3% dari PDB. Jika suku bunga obligasi AS turun, ini dapat mengurangi tekanan kenaikan imbal hasil obligasi global.

Asia Pasifik

Indikator PMI Caixin untuk sektor manufaktur dan jasa menunjukkan perlambatan, meskipun masih dalam zona ekspansi. Selain itu, perkembangan di sektor teknologi menjadi sorotan besar dengan peluncuran DeepSeek R1, model kecerdasan buatan buatan Tiongkok yang diklaim memiliki performa setara dengan model AI besar lainnya seperti ChatGPT, tetapi dengan biaya lebih rendah.

Peluncuran ini menimbulkan reaksi negatif di pasar, terutama terhadap saham perusahaan teknologi AS seperti NVIDIA, yang anjlok sekitar 17% dalam sehari. Investor global khawatir tentang perbedaan belanja modal antara perusahaan teknologi AS dan Tiongkok serta efektivitas dari investasi tersebut. Selain itu, ini juga memicu pertanyaan mengenai dominasi teknologi AS dan efektivitas pembatasan ekspor chip oleh pemerintah AS.

Sumber : Refinitiv

Data Makro

Data Makro Sekarang Sebelumnya
PDB ID 5,03% 4,95%
Inflasi ID 0,76% 1,57%
Suku Bunga ID 5,75% 6%
Pengangguran ID 4,82% 5,32%
Neraca Dagang ID $2,47 Bio $3,26 Bio

 

Kalender Ekonomi

Minggu Ini
Tanggal Indikator Ekonomi Data Konsensus Data Sebelumnya
12 Februari US – Inflation Rate m/m 0,3% 0,4%
US – Inflation Rate y/y 2,9% 2,9%
US – Core Inflation m/m 0,3% 0,2%
US – Core Inflation y/y 3,1% 3,2%
14 Februari EU – GDP Growth Rate q/q 2nd Est. 0% 0,4%
EU – GDP Growth Rate y/y 2nd Est. 0,9% 0,9%
US -  Retail Sales m/m 0% 0,4%
US -  Retail Sales y/y 3,7% 3,9%

 

Minggu Sebelumnya
Tanggal Indikator Ekonomi Data Aktual Data Konsensus Data Sebelumnya
3 Februari  ID – S&P Global Manufacturing PMI 51,9 51,6 51,2
 ID - Inflation m/m -0,76% 0,32% 0,44%
 ID - Inflation y/y 0,76% 1,88% 1,57%
 ID - Core Inflation y/y 2,36% 2,30% 2,26%
 CN – Caixin Manufacturing PMI 50,1 50,5 50,5
 EU – Inflation m/m -0,3% -0,2% 0,4%
 EU – Inflation y/y 2,5% 2,5% 2,4%
 EU - Core Inflation y/y 2,7% 2,6% 2,7%
 US – ISM Manufacturing PMI 50,9 49,5 49,3
5 Februari ID – GDP Growth Rate q/q 0,53% 0,6% 1,5%
ID – GDP Growth Rate y/y 5,02% 4,96% 4,95%
6 Februari US – Initial Jobless Claim 219k 214k 207k
7 Februari US -  Non-Farm Payrolls 143k 170k 256k
US -  Unemployment Rate 0,04 4,1% 4,1%
9 Februari CN – Inflation Rate m/m 0,7% 0,2% 0%
CN – Inflation Rate y/y 0,5% 0% 0,1%

 

Produk Fokus

PROFIL RISIKO ASSET CLASS PRODUK INVESTASI KINERJA*
DENOMINASI USD 1 tahun 1 bulan 3 bulan 6 bulan YTD
Low To Medium Fixed Income Ashmore Dana USD Nusantara -1,79% -3,86% -2,06% -1,79% -2,61%
Fixed Income BNP Paribas Prima USD Kelas RK1 0,58% -1,01% 0,84% 0,58% 2,01%
Fixed Income BRI Melati Premium Dollar 0,59% -2,17% -0,90% 0,59% -0,54%
Fixed Income Eastspring Syariah Fixed Income USD – Kelas A 0,70% -0,65% 0,46% 0,70% 1,17%
Fixed Income Schroder USD Bond 0,87% -0,49% 1,10% 0,87% 2,23%
Medium to High Develop Market Equity Allianz High Dividend Global Sharia Equity Dollar -0,97% -1,96% 0,60% -0,97% 7,64%
Technology Equity Batavia Technology Sharia Equity 3,93% 5,39% 14,10% 3,93% 17,06%
China Equity BNP Paribas Greater China Equity Syariah USD RK1 2,01% -0,54% 17,00% 2,01% 21,17%
Develop Market Equity Schroder Global Sharia Equity 2,72% 1,79% 5,18% 2,72% 13,88%
China Equity Eastspring Syariah Greater China Equity USD A -1,01% -4,28% 4,97% -1,01% 4,07%

 

Produk Fokus

PROFIL RISIKO ASSET CLASS PRODUK INVESTASI KINERJA*
DENOMINASI RUPIAH 1 tahun 1 bulan 3 bulan 6 bulan YTD
Low To Medium Fixed Income Ashmore Dana Obligasi Unggulan Nusantara 0,66% -0,54% -0,56% 0,66% -1,30%
Fixed Income Batavia Dana Obligasi Ultima 0,38% -0,28% 0,23% 0,38% -0,51%
Fixed Income Eastspring Investments IDR High Grade Kelas A 0,34% -0,70% -0,88% 0,34% -0,80%
Fixed Income Maybank Obligasi Syariah Negara 0,21% -0,74% -0,73% 0,21% -1,80%
Fixed Income Schroder Dana Mantap Plus II 0,40% 0,21% -1,32% 0,40% -2,61%
Medium To High All Cap Equity Allianz Alpha Sector Rotation Kelas A -2,88% -11,26% -5,54% -2,88% -8,13%
SMC Batavia Dana Saham Optimal -3,16% -8,36% -4,64% -3,16% -6,92%
Big Cap Equity BNP Paribas Pesona Syariah -4,62% -10,04% -6,82% -4,62% -4,02%
All Cap Equity Eastspring Investment Alpha Navigator Kelas A -2,97% -9,37% -5,32% -2,97% -4,95%
Index Fund Equity Maybank Financial Infobank15 Index 0,88% -10,93% -7,00% 0,88% -10,12%
All Cap Equity Schroder Dana Prestasi -2,64% -10,19% -6,89% -2,64% -9,23%
Index Index Harga Saham Gabungan -0,09% -6,56% -2,33% -0,09% -1,65%

*= NAV 30 Januari 2025

Disclaimer

Informasi yang tercantum di atas diperoleh dari sumber-sumber yang dapat diandalkan, namun demikian PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (untuk selanjutnya disebut “Bank”) tidak melakukan verifikasi secara tersendiri. Informasi-informasi ini seharusnya hanya digunakan sebagai alternatif sumber informasi dan bukan sebagai rekomendasi atau saran untuk pembelian efek, komoditas, atau produk investasi lainnya, atau untuk melakukan perjanjian investasi dan atau valuta asing. Bank tidak bertanggung jawab dan tidak menjamin isi, keakuratan, ataupun kelengkapan informasi maupun waktu atau menyatakan bahwa informasi ini dapat diandalkan dengan alasan apapun. Kinerja di masa lampau bukanlah merupakan cerminan kinerja yang akan datang. Siapapun yang berencana untuk berinvestasi harus mempertimbangkan investasi yang cocok dengan memperhatikan tujuan investasi tertentu, profil risiko, dan berkonsultasi dengan konsultan keuangan yang profesional. Investor harus menyadari bahwa merupakan tanggung jawab pribadinya untuk memperoleh pendapat hukum dan atau pendapat pajak terlebih dahulu mengenai konsekuensi hukum dan pajak atas transaksi investasinya. Dokumen ini hanya diperuntukkan untuk kalangan terbatas dan tidak untuk disebarluaskan, sedangkan informasi dan atau pandangan yang tertera dalam dokumen ini merupakan penilaian Bank semata untuk saat ini dimana hal tersebut dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

PT Bank Maybank Indonesia Tbk adalah Agen Penjual Efek Reksa Dana. Reksa Dana adalah produk pasar modal yang dikelola oleh Manajer Investasi dan bukan merupakan produk Bank, sehingga tidak dijamin oleh Bank serta tidak termasuk dalam cakupan obyek program penjaminan simpanan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan. Bank tidak bertanggung jawab atas kinerja maupun segala tuntutan serta risiko atas pengelolaan Reksa Dana.

PT Bank Maybank Indonesia Tbk berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) & Bank Indonesia.