Ikhtisar Keuangan Konsolidasian per 30 September 2022
(Seluruh persentase yang disampaikan berdasarkan pertumbuhan sembilan bulan pertama 2022 dibandingkan sembilan bulan pertama 2021 kecuali dinyatakan berbeda)
Ikhtisar pertumbuhan sembilan bulan pertama 2022 dibandingkan sembilan bulan pertama pertama 2021
- Laba sebelum Pajak (PBT) tercatat relatif stabil sebesar Rp1,48 triliun;
- Laba Bersih setelah Pajak dan Kepentingan Non-Pengendali (PATAMI) tercatat sebesar Rp1,06 triliun;
- Total kredit tumbuh 12,8% menjadi Rp111,45 triliun, didukung oleh:
- Kredit segmen Global Banking tumbuh kuat sebesar 25,0% menjadi Rp45,63 triliun dari Rp36,50 triliun;
- Kredit segmen Community Financial Services (CFS) Ritel tumbuh 13,8% menjadi Rp37,74 triliun dari Rp33,18 triliun:
- Pembiayaan otomotif anak perusahaan tumbuh 20,0% menjadi Rp18,33 triliun dari Rp15,27 triliun;
- Kredit Pemilikan Rumah (KPR) naik 8,2% menjadi Rp16,03 triliun dari Rp14,82 triliun.
- Kredit segmen Retail Small and Medium Enterprises (RSME) tumbuh 5,7% menjadi Rp12,76 triliun dari Rp12,07 triliun;
- Kredit segmen Small and Medium Enterprises, (atau yang diklasifikasikan oleh Bank sebagai SME+) tumbuh 1,3% menjadi Rp5,08 triliun dari Rp5,01 triliun.
- Total simpanan nasabah naik 5,0% menjadi Rp107,00 triliun, diikuti dengan pertumbuhan Current Accounts dan Savings Accounts (CASA) sebesar 21,6%:
- Rasio CASA membaik menjadi 51,8% pada September 2022.
- Rasio Kredit terhadap Simpanan/Loan to Deposit (LDR bank saja) naik menjadi 90,2%;
- Rasio Kecukupan Modal (CAR) tercatat 24,7% dan total modal Rp28,02 triliun;
- Pertumbuhan Unit Usaha Syariah:
- Total aset UUS terhadap total aset Bank secara individu menjadi 25,7%;
- Aset tumbuh 7,0% menjadi Rp39,67 triliun;
- Pembiayaan Syariah tumbuh 12,8% menjadi Rp27,98 triliun;
- CASA tumbuh signifikan sebesar 37,3% menjadi Rp12,40 triliun.
- Pertumbuhan pada perbankan digital:
- Transaksi finansial nasabah ritel melalui M2U naik 24,8% menjadi lebih dari 13,1 juta transaksi;
- Transaksi finansial nasabah korporasi melalui M2E naik 32,2% menjadi lebih dari 3,1 juta transaksi.
Jakarta, 28 Oktober 2022
PT Bank Maybank Indonesia, Tbk. (Maybank Indonesia atau Bank) hari ini mengumumkan Laporan Keuangan konsolidasian untuk sembilan bulan pertama berakhir 30 September 2022, dengan Laba Sebelum Pajak (PBT) sebesar Rp1,48 triliun dan Laba Setelah Pajak dan Kepentingan Non-Pengendali (PATAMI) sebesar Rp1,06 triliun.
Bank mencatat PBT dan PATAMI yang relatif stabil terhadap periode laporan tahun sebelumnya sehubungan dengan loan yield yang lebih rendah akibat persaingan ketat penyaluran kredit, sehingga berimbas kepada pendapatan bunga (interest income) yang menurun. Di lain sisi, Bank mencatat provisi yang lebih rendah disebabkan oleh membaiknya kualitas kredit serta biaya dana (cost of funds), dan biaya overhead yang terkendali.
Seiring dengan menurunnya biaya dana, Bank mencatat Marjin Bunga Bersih (Net Interest Margin/NIM) menguat 2 basis poin menjadi 4,8% pada September 2022.
Bank mencatat Pendapatan Non-Bunga (Fee-based Income) di luar pendapatan fees Global Market sebesar Rp1,23 triliun yang bersumber daripada pendapatan fee terkait bisnis pembiayaan dan ritel, serta anak perusahaan. Sementara, fees terkait Global Market mengalami penurunan sebesar 63,7% disebabkan oleh dinamika suku bunga global dan volatilitas pasar yang menyebabkan pendapatan fee-based turun 10,4% Y-o-Y.
Seiring dengan aktivitas perdagangan serta bisnis yang terus bergerak naik pada sembilan bulan pertama 2022 telah mendorong permintaan akan pembiayaan, terutama bagi perusahaan berskala besar dan korporasi, serta ritel sehubungan dengan membaiknya tingkat konsumsi masyarakat. Ada pun faktor-faktor eksternal tersebut telah berkontribusi kepada total pembiayaan Bank yang tumbuh signifkan sebesar 12,8% menjadi Rp111,45 triliun dari Rp98,78 triliun tahun lalu.
Kredit segmen Global Banking telah mencatat pertumbuhan pesat sebesar 25,0% menjadi Rp45,63 triliun dari Rp36,50 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya guna mendukung berbagai proyek pembangunan dan ekspansi bisnis, di antaranya, sektor infrastruktur, manufaktur, serta perdagangan global.
Kemudian, kredit segmen Community Financial Services (CFS) terdiri dari kredit Ritel dan Non-ritel tumbuh 5,7% menjadi Rp65,81 triliun dari Rp62,29 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kredit segmen Retail Small and Medium Enterprises (RSME) tumbuh 5,7% menjadi Rp12,76 triliun dari Rp12,07 triliun. Sementara, bagi usaha segmen Small and Medium Enterprises dengan segmentasi plafon kredit lebih besar (atau disebut sebagai SME+ oleh Bank) tumbuh 1,3% menjadi Rp5,08 triliun dari Rp5,01 triliun seiring dengan aktivitas bisnis dan perdagangan yang kembali normal.
Bank terus melakukan upaya rebalancing terhadap portofolio pembiayaan khususnya segmen non-ritel dengan berfokus pada penyaluran kredit agar kredit tersebut dapat bermanfaat bagi kelangsungan usaha nasabah. Dengan demikian kredit non-ritel segmen Business Banking mengalami penurunan sebesar 14,9%, di mana hal ini berimbas kepada total kredit segmen CFS Non-ritel yang turun 3,6% Y-o-Y.
Sehubungan dengan meningkatnya daya beli masyarakat, total kredit segmen CFS Ritel (konsolidasian) tumbuh 13,8% menjadi Rp37,74 triliun dari Rp33,18 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Bisnis kartu kredit dan Kredit Tanpa Agunan (KTA) tumbuh 12,5% menjadi Rp2,83 triliun dari Rp2,51 triliun, diikuti pembiayaan otomotif anak perusahaan yang tumbuh 20,0% menjadi Rp18,33 triliun dari Rp15,27 triliun. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) naik 8,2% menjadi Rp16,03 triliun dari Rp14,82 triliun tahun lalu, dan segmen tersebut masih terus menunjukkan pertumbuhan sejak awal 2022.
Total simpanan nasabah tumbuh 5,0% menjadi Rp107,00 triliun dari Rp101,88 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. CASA Bank tumbuh 21,6% didukung Giro yang tumbuh 33,9% menjadi Rp32,44 triliun dari Rp24,24 triliun sementara Tabungan naik 7,6% menjadi Rp22,93 triliun dari Rp21,31 triliun tahun lalu.
Simpanan berjangka (time deposits) turun 8,4% menjadi Rp51,63 triliun dari Rp56,34 triliun tahun lalu. Hal ini sejalan dengan strategi Bank untuk terus memperkuat likuiditas melalui simpanan berbiaya rendah, dan mengandalkan layanan digital untuk menghimpun simpanan nasabah. Alhasil, rasio CASA Bank terus membaik dan tercatat menguat sebesar 51,8% pada September 2022 dari 44,7% pada September 2021.
Di tengah prospek ekonomi yang membaik, Bank mencatat penurunan beban provisi sebesar 23,1% menjadi Rp818 miliar didukung upaya Bank dalam melakukan restrukturisasi, khususnya pada kredit nasabah yang terdampak pandemi.
Bank mencatat rasio Non Performing Loan (NPL) konsolidasi membaik menjadi 3,5% (gross) dan 2,5% (net) pada September 2022 dari 4,6% (gross) dan 2,9% (net) pada September 2021, dan 3,7% (gross) and 2,6% (net) pada Desember 2021, serta penurunan saldo NPL sebesar 16,3% Y-o-Y. Bank terus menerapkan prinsip kehati-hatian serta menerapkan risk posture yang konservatif.Di tengah kegiatan bisnis yang terus berangsur normal, Bank mencatat biaya overhead tetap terkendali sebesar Rp4,33 triliun. Bank tetap disiplin dalam menerapkan kebijakan pengelolaan biaya secara berkelanjutan di seluruh organisasi maupun di dalam kegiatan usahanya, agar setiap biaya yang dikeluarkan dapat meningkatkan pendapatan Bank.
Posisi likuiditas Bank tetap kuat dengan rasio Kredit terhadap Simpanan/Loan to Deposit Ratio (LDR Bank saja) berada di posisi yang sehat pada level 90,2%. Sementara, Rasio Kewajiban Pemenuhan Kecukupan Likuiditas/Liquidity Coverage Ratio (LCR Bank saja) tercatat 176,9% pada September 2022, berada di atas tingkat minimum yang diwajibkan regulator yakni sebesar 100%.
Rasio Kecukupan Modal/Capital Adequacy Ratio (CAR) tetap kuat sebesar 24,7% pada September 2022, dengan total modal Bank sebesar Rp28,02 triliun pada September 2022.
Pertumbuhan Platform Digital
Platform perbankan digital untuk nasabah ritel, M2U, telah mencatat peningkatan transaksi sebesar 24,8% menjadi sekitar 13,1 juta pada sembilan bulan pertama 2022 dari 10,5 juta lebih transaksi tahun lalu. Nilai transaksi M2U tumbuh 28,8% menjadi Rp71,05 triliun dari Rp55,16 triliun tahun lalu, diikuti dengan 1000% lebih pertumbuhan akuisisi pelanggan baru melalui platform digital tersebut.
Sementara, platform perbankan digital untuk nasabah korporasi, M2E, mencatat peningkatan transaksi sebesar 32,2% menjadi lebih dari 3,1 juta transaksi dari 2,4 juta tahun lalu. Nilai transaksi M2E mencapai Rp528,15 triliun pada sembilan bulan pertama 2022, tumbuh 34,9% dari Rp391,44 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Total pengguna aktif M2E juga tumbuh 6,9% menjadi 2.926 pengguna dari 2.737 pengguna. Hal ini menyebabkan pendanaan korporasi tumbuh 52,4% menjadi Rp27,03 triliun dari Rp17,73 triliun tahun lalu.
Pada kuartal ketiga 2022, Bank memperkenalkan berbagai fitur baru pada M2U, di antaranya, real-time transfer melalui BI FAST dan fitur tambahan terkait kartu kredit seperti, mengubah transaksi kartu kredit menjadi cicilan dan meningkatkan batas pinjaman kartu kredit yang secara keseluruhan dapat dilakukan melalui aplikasi mobile banking tersebut.
Unit Usaha Syariah
Laba Operasional sebelum provisi Unit Usaha Syariah (UUS) Maybank Indonesia, naik 16,2% menjadi Rp620 miliar, didukung pembiayaan Syariah yang tumbuh 12,8% menjadi Rp27,98 triliun dari Rp24,81 triliun, serta penurunan biaya dana yang ditopang oleh pertumbuhan CASA yang kuat.
Total aset Syariah tumbuh 7,0% menjadi Rp39,67 triliun dari Rp37,06 triliun, serta berkontribusi kepada total aset Bank (individu) sebesar 25,7%.
Rasio Non Performing Financing (NPF) membaik, yakni 3,0% (gross) dan 2,4% (net) pada September 2022 dari 3,8% (gross) dan 2,6% (net) pada September 2021, sejalan dengan pembiayaan Syariah yang bertumbuh. Sementara Financing-to-Deposit Ratio (FDR) berada pada tingkat yang sehat, yakni 89,7%.
Pada sembilan bulan pertama 2022, CASA UUS tumbuh signifikan 37,3% menjadi Rp12,40 triliun dari Rp9,03 triliun tahun lalu. Hal ini selaras dengan strategi Bank untuk memperkuat likuiditas dengan mengoptimalkan simpanan dengan biaya rendah.
UUS tetap mengambil langkah konservatif untuk menjaga kualitas aset dengan meningkatkan level pencadangan untuk portofolio tertentu. Hal ini berdampak pada penurunan PBT UUS menjadi Rp221 miliar pada sembilan bulan pertama 2022 dari Rp403 miliar tahun lalu.
Unit Usaha Syariah terus menerapkan strategi “Shariah First” dan Leverage Model, dimana keduanya telah memainkan peran strategis dalam meningkatkan bisnis Unit Usaha Syariah Maybank Indonesia. Dengan dukungan OJK terhadap Leverage Model, Unit Usaha Syariah dapat mengakses seluruh sumber daya Bank untuk mengembangkan dan memasarkan produk serta layanan berbasis syariah.
Presiden Direktur Maybank Indonesia, Taswin Zakaria, menjelaskan bahwa, Maybank Indonesia kembali mencetak kinerja yang kuat pada sembilan bulan pertama 2022, tercermin pada Laba Sebelum Pajak serta menguatnya penyaluran kredit seiring dengan perekonomian Indonesia yang terus membaik, meskipun dibayangi volatilitas pasar global.
“Maybank Indonesia tetap berfokus pada strategi pertumbuhan yang telah berkontribusi kepada profitabilitas Bank. Kami akan tetap disiplin dalam menjaga likuiditas dan permodalan kami, dan di saat yang sama melanjutkan upaya untuk mendorong pertumbuhan bisnis melalui peningkatan produktivitas di seluruh segmen bisnis utama kami, serta transformasi digital guna meningkatkan ketangkasan organisasi Maybank Indonesia dalam menghadapi perubahan, tantangan serta peluang di seluruh kegiatan operasional maupun bisnis kami ke depan.”
Presiden Komisaris Maybank Indonesia, Dato' Khairussaleh Ramli, menyampaikan bahwa Maybank Indonesia terus menunjukkan kemampuannya dalam mempertahankan posisi dan mengembangkan peluang pertumbuhan pasca pandemi dengan membukukan kredit yang bertumbuh kuat, khususnya pada segmen-segmen utama Bank selama sembilan bulan pertama 2022.
“Indonesia merupakan pasar yang besar dengan peluang pertumbuhan yang luar biasa, dan kami melihat adanya pergerakan untuk bertumbuh. Dengan potensi pertumbuhan Indonesia, dan fundamental Bank yang kuat, serta manajemen risiko yang efektif, saya berkeyakinan bahwa Maybank Indonesia akan mampu menghadapi tantangan pasar di masa yang akan datang.”
Anak Perusahaan
PT Maybank Indonesia Finance (Maybank Finance)
Maybank Finance mencatat pertumbuhan positif pada PBT, sebesar 17,7% menjadi Rp409 miliar pada sembilan bulan pertama 2022 dari Rp347 miliar tahun lalu, seiring pertumbuhan pembiayaan kendaraan roda empat.
Total pembiayaan tumbuh 4,1% menjadi Rp6,04 triliun dari Rp5,81 triliun tahun lalu. Maybank Finance mencatat NPL membaik, yakni 0,2% (gross) dan 0,1% (net) pada September 2022 dari 0,4% (gross) dan 0,2% (net) pada September 2021.
PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOM)
WOM membukukan PBT sebesar Rp171 miliar pada sembilan bulan pertama 2022, naik 77.3% dari Rp96 miliar tahun lalu, seiring membaiknya daya beli masyarakat yang turut mendorong permintaan akan pembiayaan kendaraan roda dua, dan pembiayaan multiguna dengan jaminan BPKB kendaraan roda dua dan roda empat.
Total pembiayaan WOM tumbuh 8,3% menjadi Rp4,78 triliun dari Rp4,41 triliun pada periode tahun lalu. Rasio NPL WOM tercatat 1,7% (gross) dan 0,7% (net) pada September 2022 dari 1,9% (gross) dan 0,9% (net) pada September 2021.
********************
Catatan untuk Editor
Maybank Indonesia merupakan salah satu bank terkemuka di Indonesia yang memiliki jaringan regional maupun internasional Grup Maybank. Maybank Indonesia menyediakan serangkaian produk dan jasa komprehensif bagi nasabah individu maupun korporasi melalui layanan Community Financial Services (Perbankan Ritel dan Perbankan Non-Ritel) dan Perbankan Global, serta pembiayaan otomotif melalui entitas anak yaitu WOM Finance untuk kendaraan roda dua dan Maybank Finance untuk kendaraan roda empat. Maybank Indonesia juga terus mengembangkan layanan dan kapasitas Digital Banking melalui M2U (App dan Web), M2E untuk nasabah korporasi dan berbagai saluran lainnya.
Per September 2022, Maybank Indonesia memiliki 345 cabang termasuk cabang Syariah yang tersebar di Indonesia dan satu cabang luar negeri (Mumbai, India), 22 Mobil Kas Keliling dan 943 ATM yang terkoneksi dengan lebih dari 20.000 ATM tergabung dalam jaringan ATM PRIMA, ATM BERSAMA, ALTO, CIRRUS, dan terhubung dengan 3.500 ATM Maybank di Singapura, Malaysia dan Brunei. Maybank Indonesia mengelola simpanan nasabah sebesar Rp107,00 triliun dan memiliki total aset senilai Rp164,86 triliun pada September 2022.
Untuk informasi lebih lanjut:
Tommy Hersyaputera
Head, Corporate & Brand Communications
Email: ccommunications@maybank.co.id
Telp: +6221 2922-8888