10 Maret 2025
Sepekan terakhir IHSG mengalami penguatan sebesar 5,83% didorong oleh sektor teknologi dan sektor kebutuhan dasar yang masing-masing menyumbang 16,48% dan 5,83% terhadap indeks. Namun perlu diwaspadai juga dikarenakan investor asing masih melakukan aksi jual sebesar Rp2,13 triliun dalam sepekan terakhir.
Indonesia mencatat inflasi utama negatif untuk pertama kalinya sejak Maret 2000. Namun, penurunan ini lebih disebabkan oleh kebijakan diskon tarif listrik dan tidak mencerminkan tren inflasi yang sesungguhnya. Jika melihat inflasi inti tahunan, justru terjadi kenaikan ke level tertinggi dalam 20 bulan terakhir, yaitu 2,48%. Oleh karena itu, kondisi inflasi masih terkendali, meskipun data jangka pendek mungkin akan tetap fluktuatif sebelum stabil dalam jangka menengah hingga panjang.
Kepercayaan investor di pasar domestik masih relatif rendah, yang tercermin dalam valuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Jika melihat rasio Price to Earnings (P/E) dari perspektif historis, valuasi saat ini berada di bawah 1 standar deviasi dari rata-rata 20 tahun, menunjukkan bahwa saham-saham Indonesia sedang berada pada level yang sangat murah.
Menariknya, dalam sejarahnya, ketika valuasi mencapai titik terendah mendekati ambang -1 standar deviasi (12,9x P/E), IHSG sering kali mengalami reli yang signifikan dalam satu tahun berikutnya. Sebagai contoh, dalam periode Januari 2012, Februari 2015, Maret 2020, dan Mei 2023, IHSG mencatat total return rata-rata sebesar 32,5% meskipun pertumbuhan EPS pada tahun berikutnya sering kali negatif. Bahkan dalam skenario ekstrem seperti krisis keuangan global 2008, ketika valuasi mencapai -3 standar deviasi, IHSG berhasil melonjak 122,7% dalam setahun berikutnya.
Meskipun prospek pertumbuhan laba perusahaan mungkin masih lemah, sejarah telah menunjukkan bahwa valuasi rendah sering kali menjadi katalis bagi kenaikan pasar saham, terlepas dari kondisi fundamental yang sedang terjadi. Saat ini, pasar masih dalam kondisi volatil, dan investor cenderung berhati-hati. Namun, kami meyakini bahwa faktor pendorong seperti pemangkasan suku bunga dan penurunan imbal hasil obligasi akan memberikan sentimen positif bagi pasar dalam jangka panjang.
Imbal hasil obligasi terus mengalami penurunan, sementara penerbitan obligasi tetap terbatas. Dengan kondisi ini, prospek obligasi tenor panjang tetap positif untuk sisa tahun ini, mengingat permintaan terhadap aset berisiko rendah kemungkinan akan meningkat seiring dengan penurunan suku bunga global.
Defisit neraca perdagangan AS mengalami pelebaran yang lebih besar dari perkiraan, mencapai rekor tertinggi karena lonjakan impor yang mencapai level tertinggi sepanjang masa sebesar $401,2 miliar. Kenaikan ini terjadi karena pasar bergerak lebih cepat sebelum tarif yang diantisipasi diberlakukan. Sementara itu, klaim awal tunjangan pengangguran mengalami perlambatan, menunjukkan bahwa kondisi pasar tenaga kerja di AS tetap ketat.
Di sisi lain, Kanada mencatat surplus perdagangan terbesar sejak Mei 2022, didorong oleh peningkatan ekspor di sektor kendaraan bermotor dan suku cadang. Perbedaan tren antara AS dan Kanada menunjukkan dinamika perdagangan yang kontras di Amerika Utara.
Tarif perdagangan tetap menjadi isu utama di AS, terutama setelah data defisit perdagangan mencatat rekor baru. Hal ini semakin memperkuat narasi Trump untuk menerapkan kebijakan tarif demi menciptakan kondisi perdagangan yang lebih menguntungkan bagi AS. Pekan ini, tarif sebesar 25% terhadap Kanada dan Meksiko mulai berlaku, sementara tarif untuk ekspor China dinaikkan menjadi 20%
China merespons dengan menerapkan tarif balasan yang mulai berlaku pada 10 Maret, dengan nilai estimasi mencapai $36 miliar terhadap barang impor dari AS. Namun, angka ini masih jauh lebih kecil dibandingkan total tarif yang diberlakukan AS terhadap China yang mencapai sekitar $463 miliar. Kanada juga mengambil langkah balasan dengan menerapkan tarif 25% terhadap barang-barang senilai sekitar $21 miliar, dan kemungkinan akan menambah tarif terhadap barang senilai $86 miliar jika kebijakan tarif Trump tidak dicabut dalam 21 hari.
Meskipun ketegangan tarif meningkat, dinamika kebijakan Trump yang sering berubah-ubah membuat situasi tetap tidak pasti. Kemungkinan kedua belah pihak akan terus menerapkan tarif balasan hingga mencapai kesepakatan atau menemukan solusi yang lebih menguntungkan bagi masing-masing negara.
China mengalami lonjakan surplus perdagangan, tetapi hal ini lebih disebabkan oleh penurunan impor yang tidak terduga akibat lemahnya permintaan di awal tahun, sementara ekspor tumbuh lebih rendah dari perkiraan.
Di sektor manufaktur dan jasa, data PMI Caixin menunjukkan bahwa kedua sektor tersebut masih berada dalam fase ekspansi, mencerminkan pertumbuhan yang stabil meskipun ada tantangan eksternal dari kebijakan tarif AS.
Kepercayaan konsumen di Jepang mengalami penurunan, menunjukkan melemahnya sentimen ekonomi secara keseluruhan. Hal ini mencerminkan kekhawatiran terhadap prospek ekonomi di tengah perlambatan pertumbuhan global dan tekanan eksternal dari ketegangan perdagangan.
Selain itu, China juga mencatat perkembangan signifikan dalam industri kecerdasan buatan (AI). Alibaba mengumumkan model AI terbaru yang memiliki kemampuan setara dengan DeepSeek, tetapi dengan kebutuhan data yang jauh lebih sedikit. Berita ini meningkatkan optimisme terhadap kemampuan China dalam mengembangkan dan menyempurnakan teknologi AI. Para investor terus memantau perkembangan ini sebagai faktor penting dalam aliran investasi ke pasar China.
Kepercayaan konsumen di Jepang mengalami penurunan, menunjukkan melemahnya sentimen ekonomi secara keseluruhan. Hal ini mencerminkan kekhawatiran terhadap prospek ekonomi di tengah perlambatan pertumbuhan global dan tekanan eksternal dari ketegangan perdagangan.
Sumber : Refinitiv
Data Makro
Data Makro | Sekarang | Sebelumnya |
---|---|---|
PDB ID | 5,03% | 5,05% |
Inflasi ID | -0,09% | 0,76% |
Suku Bunga ID | 5,75% | 5,75% |
Pengangguran ID | 4,82% | 5,32% |
Neraca Dagang ID | $3,45BIo | $2,24 Bio |
Kalender Ekonomi
Minggu Ini | |||
---|---|---|---|
Tanggal | Indikator Ekonomi | Data Konsensus | Data Sebelumnya |
12 Maret | US – Inflation Rate m/m | 0,3% | 0,5% |
US – Inflation Rate y/y | 2,9% | 3% | |
US – Core Inflation m/m | 0,3% | 0,4% | |
US – Core Inflation y/y | 3,2% | 3,3% | |
13 Maret | US – Initial Jobless Claim | 225k | 221k |
Minggu Sebelumnya | ||||
---|---|---|---|---|
Tanggal | Indikator Ekonomi | Data Aktual | Data Konsensus | Data Sebelumnya |
3 Maret | ID - S&P Global Manufacturing PMI | 53,6 | 52,3 | 51,9 |
CN - Caixin Manufacturing PMI | 50,8 | 50,3 | 50,1 | |
ID - Inflation m/m | -0,48% | 0,02% | -0,76% | |
ID - Inflation y/y | -0,09% | 0,41% | 0,76% | |
ID - Core Inflation y/y | 2,48% | 2,45% | 2,36% | |
4 Maret | EU - Unemployment Rate | 6,2% | 6,3% | 6,3% |
6 Maret | US – Initial Jobless Claim | 221k | 340k | 242k |
7 Maret | US - Non-Farm Payrolls | 151k | 133k | 143k |
US - Unemployment Rate | 4,1% | 4% | 4% | |
CN - Trade Balance | $170,52 Bio | $120Bio | $104,84Bio |
Produk Fokus
PROFIL RISIKO | ASSET CLASS | PRODUK INVESTASI | KINERJA* | ||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
DENOMINASI USD | 1 tahun | 1 bulan | 3 bulan | 6 bulan | YTD | ||
Low To Medium | Fixed Income | Ashmore Dana USD Nusantara | 2,17% | -1,68% | -3,79% | -0,08% | 0,14% |
Fixed Income | BNP Paribas Prima USD Kelas RK1 | 1,72% | 0,83% | -0,80% | 2,02% | 3,95% | |
Fixed Income | BRI Melati Premium Dollar | 2,20% | 0,28% | -2,30% | 2,40% | 2,14% | |
Fixed Income | Eastspring Syariah Fixed Income USD – Kelas A | 1,12% | 0,85% | -0,92% | 1,53% | 2,71% | |
Fixed Income | Schroder USD Bond | 1,22% | 1,18% | -0,28% | 1,88% | 3,82% | |
Medium to High | Develop Market Equity | Allianz High Dividend Global Sharia Equity Dollar | -1,83% | -3,33% | -3,88% | -2,79% | 2,30% |
Technology Equity | Batavia Technology Sharia Equity | -7,35% | -3,84% | 0,56% | -3,71% | 4,41% | |
China Equity | BNP Paribas Greater China Equity Syariah USD RK1 | 10,64% | 15,13% | 28,44% | 12,87% | 26,77% | |
Develop Market Equity | Schroder Global Sharia Equity | 8,40% | 11,46% | 17,39% | 8,75% | 10,44% | |
China Equity | Eastspring Syariah Greater China Equity USD A | -2,66% | -0,44% | -1,15% | -0,02% | 8,05% |
Produk Fokus
PROFIL RISIKO | ASSET CLASS | PRODUK INVESTASI | KINERJA* | ||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
DENOMINASI RUPIAH | 1 tahun | 1 bulan | 3 bulan | 6 bulan | YTD | ||
Low To Medium | Fixed Income | Ashmore Dana Obligasi Unggulan Nusantara | 1,19% | -0,59% | -1,82% | -0,77% | -2,13% |
Fixed Income | Batavia Dana Obligasi Ultima | 0,51% | 0,44% | -0,70% | 1,16% | -0,57% | |
Fixed Income | BNP Paribas Prima II Kelas RK1 | 0,58% | 0,56% | -0,01% | 0,90% | -0,09% | |
Fixed Income | Maybank Obligasi Syariah Negara | 1,33% | 1,83% | 1,53% | 1,89% | 3,59% | |
Fixed Income | Schroder Dana Mantap Plus II | 0,78% | 0,62% | -1,33% | 0,99% | -1,07% | |
Medium To High | All Cap Equity | Allianz SRI-KEHATI Index | -10,55% | -14,69% | -20,74% | -10,70% | -24,70% |
SMC | Batavia Dana Saham Optimal | -8,88% | -12,19% | -15,32% | -10,87% | -15,84% | |
Big Cap Equity | BNP Paribas Pesona Syariah | -7,06% | -11,76% | -14,98% | -10,24% | -10,31% | |
All Cap Equity | Eastspring Investment Alpha Navigator Kelas A | -10,71% | -15,17% | -18,00% | -12,62% | -17,22% | |
Index Fund Equity | Maybank Financial Infobank15 Index | -12,84% | -17,55% | -23,44% | -11,26% | -24,21% | |
All Cap Equity | Schroder Dana Prestasi | -10,19% | -14,24% | -18,61% | -11,74% | -19,18% | |
Index | Index Harga Saham Gabungan | -9,50% | -10,49% | -14,64% | -8,40% | -10,98% |
*= NAV 27 Februari 2025
Informasi yang tercantum di atas diperoleh dari sumber-sumber yang dapat diandalkan, namun demikian PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (untuk selanjutnya disebut “Bank”) tidak melakukan verifikasi secara tersendiri. Informasi-informasi ini seharusnya hanya digunakan sebagai alternatif sumber informasi dan bukan sebagai rekomendasi atau saran untuk pembelian efek, komoditas, atau produk investasi lainnya, atau untuk melakukan perjanjian investasi dan atau valuta asing. Bank tidak bertanggung jawab dan tidak menjamin isi, keakuratan, ataupun kelengkapan informasi maupun waktu atau menyatakan bahwa informasi ini dapat diandalkan dengan alasan apapun. Kinerja di masa lampau bukanlah merupakan cerminan kinerja yang akan datang. Siapapun yang berencana untuk berinvestasi harus mempertimbangkan investasi yang cocok dengan memperhatikan tujuan investasi tertentu, profil risiko, dan berkonsultasi dengan konsultan keuangan yang profesional. Investor harus menyadari bahwa merupakan tanggung jawab pribadinya untuk memperoleh pendapat hukum dan atau pendapat pajak terlebih dahulu mengenai konsekuensi hukum dan pajak atas transaksi investasinya. Dokumen ini hanya diperuntukkan untuk kalangan terbatas dan tidak untuk disebarluaskan, sedangkan informasi dan atau pandangan yang tertera dalam dokumen ini merupakan penilaian Bank semata untuk saat ini dimana hal tersebut dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
PT Bank Maybank Indonesia Tbk adalah Agen Penjual Efek Reksa Dana. Reksa Dana adalah produk pasar modal yang dikelola oleh Manajer Investasi dan bukan merupakan produk Bank, sehingga tidak dijamin oleh Bank serta tidak termasuk dalam cakupan obyek program penjaminan simpanan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan. Bank tidak bertanggung jawab atas kinerja maupun segala tuntutan serta risiko atas pengelolaan Reksa Dana.
PT Bank Maybank Indonesia Tbk berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) & Bank Indonesia.