• TENTANG MAYBANK
  • LOGIN

Hubungi Kami Temukan Kami Kartu Kredit Maybank Bank Online
id - en
Tentang Maybank Karir BERITA & PENGUMUMAN APLIKASI ONLINE PROMOSI
PREMIER WEALTH SYARIAH BUSINESS
Indonesia
Indonesia

Market Update Global Outlook

Global Outlook 2021 PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI)

Fixed Income (Bonds)
Equity

Di tengah kondisi pandemi yang mempengaruhi ekonomi, kinerja pasar obligasi sepanjang tahun ini berhasil mencatatkan kinerja positif. Faktor apa yang mendukung kinerja pasar obligasi?

Pasar obligasi mencatat kinerja yang baik tahun ini, mengacu pada indeks obligasi BINDO per akhir November 2020 pasar obligasi mencatat penguatan 12,68%. Dalam kondisi ketidakpastiaan ekonomi, kelas aset obligasi menjadi salah satu pilihan bagi investor untuk mengurangi tingkat risiko portofolio. Secara umum kinerja pasar obligasi didukung oleh beberapa faktor:

  • Faktor pertama adalah tren penurunan suku bunga secara global termasuk di Indonesia. Kondisi ini menjadi iklim yang suportif bagi pasar obligasi, terutama bagi investor yang mencari yield lebih menarik di tengah tren penurunan suku bunga.
  • Faktor kedua adalah stimulus dari bank sentral yang meningkatkan likuiditas di sistem finansial. Tingginya likuiditas di sistem finansial meningkatkan permintaan untuk obligasi, karena perbankan yang mengalami kelebihan likuiditas dapat memarkir dananya di obligasi.
  • Faktor ketiga adalah bank sentral dan pemerintah yang berhasil menjaga kredibilitas. Peranan otoritas dan regulator dalam menerapkan kebijakan yang tepat dan kredibel sangat penting untuk menjaga keyakinan pasar di tengah kondisi pasar yang volatil. Secara umum pemerintah dan Bank Indonesia berhasil melakukan hal tersebut, terlihat dari permintaan investor domestik yang kuat dan investor asing yang mulai kembali masuk ke pasar obligasi Indonesia.

Setelah tahun 2020 yang cukup positif bagi pasar obligasi, bagaimana anda memandang tahun 2021? Apakah masih ada potensi menarik dari pasar obligasi?

Kami melihat 2021 sebagai tahun pemulihan ekonomi, melanjutkan tema dari semester II-2020 di mana data ekonomi mulai menunjukkan perbaikan. Secara makroekonomi kami melihat beberapa faktor yang dapat menjadi tema utama pasar di tahun 2021:

  • Kebijakan moneter dan fiskal tetap akomodatif di pasar global dan domestik untuk mendukung proses pemulihan ekonomi.
  • Kembalinya aliran dana asing ke pasar negara berkembang untuk mencari imbal hasil atau potensi pertumbuhan pada aset finansial negara berkembang di tengah rendahnya tingkat inflasi dan suku bunga bank sentral global.
  • Tren pelemahan USD masih akan berlanjut di 2021 karena kebijakan moneter dan fiskal AS yang tetap akomodatif. Sementara itu fundamental Rupiah tetap baik dengan inflasi rendah, adanya ruang penurunan suku bunga, dan arus dana asing yang mulai kembali masuk sehingga meningkatkan daya tarik obligasi Indonesia walau yield sudah turun di 2020.
  • Permintaan investor lokal untuk obligasi diperkirakan akan tetap suportif di 2021, karena likuiditas pasar yang masih melimpah di tengah kebijakan fiskal dan moneter akomodatif, sementara pertumbuhan kredit masih relatif rendah.
  • Ketersediaan dan distribusi vaksin akan menjadi perhatian pasar yang dapat menjadi katalis bagi pasar, namun juga dapat menjadi faktor risiko.

Kami memandang faktor-faktor di atas merupakan faktor yang suportif bagi pasar obligasi Indonesia di 2021. Obligasi Indonesia masih menawarkan tingkat real yield yang menarik di antara negara berkembang lain. Sebagai gambaran, real yield obligasi 10-tahun Indonesia saat ini di kisaran 4,6%, sementara Filipina -0,5% dan India -1,7%, yang menjadikan daya tarik tinggi bagi obligasi Indonesia. Dengan dinamika global dan domestik tersebut kami memproyeksikan imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun dapat berpotensi turun ke level 5,5 – 6% di 2021, sehingga masih memberikan potensi upside bagi investasi di pasar obligasi.

Joe Biden terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat dalam Pemilu November lalu. Bagaimana dampak dari perubahan kepemimpinan AS ini terhadap pasar?

Kebijakan dagang dengan konfrontasi menjadi ciri khas era kepemimpinan Presiden Trump, yang tidak direspon positif oleh pasar karena menciptakan ketidakpastian dan meningkatnya volatilitas. Sementara itu Joe Biden diperkirakan akan mengambil pendekatan yang berbeda dengan Trump, dengan lebih melakukan pendekatan diplomatis dan kerja sama multilateral. Pendekatan ini diperkirakan akan mengurangi faktor ketidakpastian dan volatilitas di pasar, sehingga menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif, terutama bagi kawasan Asia.
Selain itu pasar juga mengapresiasi penunjukkan mantan Fed Chair Janet Yellen sebagai Menteri Keuangan. Yellen dianggap dapat berkoordinasi baik dengan The Fed sehingga arah kebijakan fiskal dan moneter dapat lebih selaras dan efektif. Kondisi ini berbeda dengan era Trump di mana Menteri Keuangan Steven Mnuchin dalam beberapa kesempatan memiliki pandangan yang berbeda dengan The Fed. Presiden Trump juga beberapa kali mengeluarkan pernyataan yang berlawanan dengan The Fed yang menimbulkan ketidakpastian bagi pasar. Secara keseluruhan cara kepemimpinan Trump yang tidak konvensional sering menyebabkan ketidakpastian dan volatilitas di pasar. Sementara itu Joe Biden dianggap sebagai politisi yang lebih konvensional sehingga  arah dan komunikasi kebijakan diperkirakan dapat lebih konsisten sehingga mengurangi ketidakpastian di pasar.
Tidak hanya terpilihnya Joe Biden saja yang merubah sentimen pasar, namun hasil pemilu kongres AS juga diperkirakan suportif bagi sentimen pasar. Saat ini diperkirakan akan terjadi kondisi split congress – di mana partai Demokrat meraih mayoritas dalam House, sementara partai Republik mayoritas dalam Senate – yang akan menjadi skenario baik bagi pasar. Dengan kondisi split congress ini maka kebijakan fiskal Amerika diperkirakan tetap moderat dan tidak terlalu progresif. Dalam skenario ini maka defisit fiskal Amerika Serikat dapat lebih terjaga dan tingkat imbal hasil US Treasury dapat tetap pada level yang relatif rendah sehingga meningkatkan appetite untuk obligasi di negara berkembang.

Lembaga pemeringkat S&P mempertahankan rating BBB untuk Indonesia namun merevisi outlook menjadi negatif di pertengahan tahun ini. Bagaimana pandangan anda terhadap risiko rating Indonesia diturunkan?

Outlook direvisi menjadi negatif bukan karena kondisi fundamental, namun karena risiko kondisi eksternal dan fiskal karena pandemi Covid-19. Untuk memberi dukungan pada ekonomi pemerintah melebarkan target defisit fiskal menjadi 6,3% dari sebelumnya yang dibatasi di level 3%. Sebetulnya kebijakan ini juga banyak dilakukan negara lain dalam kondisi pandemi saat ini untuk memberi stimulus pada ekonomi. Dalam pandangan kami pelebaran defisit yang dilakukan pemerintah masih dalam batas wajar. Selama pemerintah bisa menjaga kredibilitas postur fiskal dan komunikasi kebijakan ke pasar dengan baik maka risiko penurunan rating dapat dimitigasi. Dan kalau kita lihat kondisi Indonesia masih cukup baik karena dapat mempertahankan peringkatnya, sementara negara lain banyak mendapat penurunan rating. Lembaga pemeringkat Fitch melakukan penurunan rating pada 33 negara di semester I-2020 termasuk Inggris.

Bagaimana pandangan anda terhadap obligasi korporasi? Di tengah kondisi ekonomi saat ini apakah pruden bagi investor untuk memiliki eksposur di obligasi korporasi?

Obligasi korporasi masih menarik untuk menjadi bagian dalam portofolio investor karena menawarkan imbal hasil lebih tinggi dibanding obligasi pemerintah dengan tenor sama sehingga dapat menjadi kicker tambahan bagi kinerja portofolio. Dan selaras dengan pergerakan pasar obligasi pemerintah, obligasi korporasi juga bisa menangkap upside dari potensi penurunan yield obligasi.
Namun investor harus memperhatikan risiko gagal bayar pada obligasi korporasi, yang dapat terjadi apabila kondisi keuangan emiten tidak sehat. Untuk memitigasi risiko ini analisa fundamental menjadi sangat penting dalam pemilihan obligasi korporasi. Oleh karena itu secara internal kami memiliki tim analis yang berpengalaman dan secara reguler melakukan pemantauan pada emiten yang ada dalam portofolio kami untuk memastikan kondisi emiten tetap sehat.

Bagaimana filosofi pengelolaan portofolio anda dan strategi apa yang anda terapkan untuk mendapat alpha dalam kondisi pasar saat ini?

Kami memiliki filosofi pengelolaan portofolio secara aktif yang dilakukan berdasarkan riset fundamental. Filosofi ini memberi fleksibilitas untuk menyesuaikan posisi portofolio dengan kondisi pasar terkini sehingga mendapatkan risk-return tradeoff yang optimal. Kami juga memanfaatkan jaringan global Manulife Investment Management untuk mendapat pandangan dari analis lokal terkait kondisi pasar dan sentimen investor global yang dapat mempengaruhi risk appetite pasar obligasi Indonesia.
Untuk saat ini kami masih memandang positif potensi pasar obligasi, didukung oleh beberapa faktor seperti tingkat imbal hasil riil obligasi Indonesia yang masih menarik, potensi arus dana asing yang kembali ke negara berkembang termasuk Indonesia, tingkat suku bunga yang tetap akomodatif, dan likuiditas di pasar finansial yang tinggi dapat memberi support untuk pasar obligasi. Posisi durasi portofolio overweight terhadap tolok ukur untuk menangkap alpha bagi portofolio.

Narasumber:

Ezra Nazula
Director & Chief Investment Officer – Fixed Income

PENGUNGKAPAN DAN SANGGAHAN: INVESTASI MELALUI REKSA DANA MENGANDUNG RISIKO. CALON INVESTOR WAJIB MEMBACA DAN MEMAHAMI PROSPEKTUS SEBELUM MEMUTUSKAN UNTUK BERINVESTASI MELALUI REKSA DANA. KINERJA MASA LALU TIDAK MENCERMINKAN KINERJA MASA DATANG.

Dokumen ini disusun berdasarkan informasi dari sumber yang dapat dipercaya oleh PT Manulife Aset Manajemen Indonesia. PT Manulife Aset Manajemen Indonesia tidak menjamin keakuratan, kecukupan, atau kelengkapan informasi dan materi yang diberikan. Meskipun dokumen ini telah dipersiapkan dengan seksama, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia tidak bertanggung jawab atas segala konsekuensi hukum dan keuangan yang timbul, baik terhadap atau diderita oleh orang atau pihak apapun dan dengan cara apapun yang dianggap sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan atas dasar keseluruhan atau sebagian dari dokumen ini. Reksa Dana Manulife adalah reksa dana domestik yang ditawarkan dan dikelola oleh PT Manulife Aset Manajemen Indonesia. Penawaran reksa dana tidak didaftarkan sesuai dengan hukum dan peraturan lainnya selain yang berlaku di Indonesia. Investasi pada reksa dana bukan merupakan deposito maupun investasi yang dijamin atau diasuransikan oleh PT Manulife Aset Manajemen Indonesia atau afiliasinya, dan tidak terbebas dari resiko investasi, termasuk di dalamnya kemungkinan berkurangnya nilai awal investasi. Nilai unit penyertaan reksa dana serta hasil investasinya dapat naik atau turun. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja masa datang, dan semua perkiraan yang dibuat hanya sebagai indikasi masa datang, bukan merupakan kinerja sebenarnya dari reksa dana. PT Manulife Aset Manajemen Indonesia adalah perusahaan Manajer Investasi yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan dengan izin dari Bapepam No. : Kep-07/PM/MI/1997 tertanggal 21 Agustus 1997. PT Manulife Aset Manajemen Indonesia adalah bagian dari Manulife Asset Management. Informasi selengkapnya mengenai Manulife Asset Management dapat ditemukan di www.manulifeam.com. Manulife Asset Management, Manulife, dan desain logo Manulife adalah merk terdaftar dari Manufacturers Life Insurance Company dan digunakan oleh Manulife dan afiliasinya.

Setelah melalui tahun 2020 yang penuh dengan tantangan, bagaimana kiranya outlook ekonomi di tahun 2021?

Kami memperkirakan tahun 2021 akan menjadi tahun pemulihan ekonomi global, melanjutkan perbaikan gradual yang sudah terjadi sejak kuartal ke empat tahun 2020.  Kebijakan moneter dan fiskal yang akomodatif serta ketersediaan vaksin mendukung normalisasi aktivitas ekonomi di tahun ini. Pemulihan ekonomi diperkirakan akan semakin terakselerasi di paruh kedua tahun ini, seiring dengan meningkatnya akses terhadap vaksin serta aktivitas vaksinasi.  Sektor jasa yang berkontribusi lebih dari 70% dari perekonomian dunia diperkirakan akan secara gradual membaik.  IMF memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia akan meningkat menjadi 5,2% dari kontraksi sebesar -4,4% di tahun 2020, dimana sebagian besar pertumbuhan akan ditopang oleh negara berkembang Asia yang diperkirakan tumbuh sebesar 8% di tahun ini.

Kalau tadi penjelasannya lebih mengarah pada ekonomi global, bagaimana dengan outlook ekonomi Indonesia?

Kami menilai bahwa Indonesia akan memasuki periode yang mendukung bagi siklus investasi – baik di pasar modal maupun ekonomi riil – didukung oleh kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif, ketersediaan vaksin yang lebih luas dan implementasi Omnibus Law. Omnibus Law berpotensi mengubah Indonesia menjadi salah satu hub rantai pasokan Asia yang diharapkan dapat menangkap kesempatan relokasi perusahaan dalam upaya mendorong penciptaan lapangan kerja di dalam negeri. Perkembangan terkini – optimisme stimulus tambahan di AS, berkurangnya tekanan pada neraca berjalan, inflasi terkendali dan porsi kepemilikan asing yang relatif rendah terhadap aset finansial Indonesia – diperkirakan akan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah yang merupakan kunci penting bagi keyakinan pasar. Sejauh ini kami memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali positif di 2021 dengan laju pertumbuhan di kisaran 4,3 – 4,5%.

Di tahun 2020 pasar saham Indonesia masuk dalam kelompok kinerja yang tertinggal, bagaimana peluangnya di tahun ini?

Pasar saham Indonesia memiliki peluang yang lebih baik di tahun ini dimana pemulihan pertumbuhan ekonomi biasanya menawarkan potensi peningkatan yang lebih tinggi di pasar saham. Tingginya partisipasi investor ritel domestik ditambah dengan harapan pembalikan sentimen investor asing berpotensi mendorong kinerja pasar saham di tahun ini. Dilihat dari pendekatan top-down, pasar saham akan mendapatkan ‘keuntungan’ dari pemulihan pertumbuhan ekonomi dan harapan meningkatnya arus investasi asing yang didukung oleh melimpahnya likuiditas dana dari stimulus berbagai negara.   Sementara dari pendekatan  bottom-up,  pasar saham didukung oleh perbaikan pertumbuhan earnings perusahaan.  Perlu juga kita cermati perkembangan Sovereign Wealth Fund atau INA (Indonesia Investment Authority) yang berpotensi mendukung pembangunan infrastruktur yang lebih cepat dengan dukungan dana dari berbagai negara.  Selain itu sebagai penghasil nikel, pembangunan rantai pasokan untuk baterai mobil listrik juga akan meningkatkan investasi dari berbagai komponen rantai pasokan dan menaikkan nilai tambah dibandingkan hanya ekspor mineral saja.

Bagaimana prospek arus dana asing di tahun ini?

Arus dana asing diperkirakan akan membaik, kembalinya dana portofolio asing menjadi salah satu tema investasi yang kami angkat di tahun ini. Berlanjutnya kebijakan akomodatif global dan dimulainya aktivitas vaksinasi secara massal berpotensi untuk mendorong masuknya arus dana asing ke pasar negara berkembang seperti Indonesia. Beberapa faktor yang memicu aliran dana keluar asing selama ini adalah:

  • Pertumbuhan negara berkembang yang cenderung berada di bawah ekspektasi vs negara maju.
  • Meningkatnya tensi geopolitik antara AS – Tiongkok meningkatkan premi risiko negara berkembang.
  • Penurunan bobot Indonesia dalam indeks global seperti MSCI.
  • Minimnya eksposur pasar saham Indonesia terhadap sektor ‘new economy’.

Kedepannya, kondisi ini diharapkan dapat membaik, sehingga dapat mengembalikan sentimen investasi investor asing.  Apalagi perbaikan sentimen ini terjadi ketika kepemilikan investor asing pada pasar saham Indonesia berada pada salah satu level yang terendah sejak tahun 2013.

Apa pandangan anda terkait valuasi pasar saham Indonesia yang dinilai sudah tidak ‘murah’ lagi?

Betul, jika dibandingkan dengan rata-rata historis, valuasi pasar saham Indonesia saat ini sudah berada diatas rata-rata historisnya. Namun perlu diketahui bahwa valuasi pasar saham diatas rata-rata historisnya juga terjadi di hampir seluruh pasar baik di kawasan regional maupun global. Membanjirnya likuiditas global yang disebabkan oleh pemangkasan suku bunga dan program pembelian aset oleh bank sentral membuat valuasi aset berisiko meningkat menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata historisnya. Justru saat ini kami menilai bahwa valuasi pasar saham Indonesia masih menarik karena masih lebih rendah jika dibandingkan dengan negara kawasan maupun kelas aset lainnya. Selain itu bila dilihat per sektor, valuasi dari big caps masih reasonable dengan perbaikan earnings yang konsisten karena beberapa bulan terakhir yang mendorong kenaikan indeks lebih disebabkan oleh sektor komoditas yang berkaitan dengan rantai pasokan dari baterai mobil listrik di Indonesia.

Dalam hal pengelolaan portofolio apa pilihan sektor yang menjadi andalan?

Kami mengedepankan fokus pada perusahaan di sektor siklikal yang diuntungkan dengan pemulihan ekonomi domestik pasca pandemi dan sektor komoditas yang diuntungkan dari membaiknya permintaan seiring dengan pemulihan ekonomi global. Tiga sektor utama yang memiliki potensi menarik diantaranya sektor materials, telekomunikasi dan finansial.

Selain katalis yang disebutkan tadi, apa risiko yang perlu dicermati investor?

Kami melihat tahun ini pasar saham akan positif dengan volatilitas yang kemungkinan ditimbulkan dari tiga risiko berikut ini;

  • Pandemi
    Mitigasi penanganan pandemi masih akan menjadi sorotan utama di tahun ini; distribusi vaksin dan proses vaksinasi berpotensi menjadi penggerak pergerakan pasar finansial.
  • Geopolitik
    Khususnya hubungan antara Amerika Serikat dan Tiongkok di bawah pemerintahan baru Joe Biden menjadi salah satu yang akan sangat diperhatikan.  Sejauh ini pasar memperkirakan bahwa Joe Biden akan mengadopsi kebijakan yang lebih diplomatis dan lebih tidak konfrontatif dibandingkan dengan pemerintahan Trump.
  • Kebijakan
    Di tengah proses pemulihan ekonomi pengambilan kebijakan yang tepat waktu dan tepat sasaran menjadi sangat penting, implementasi reformasi yang lamban akan mempengaruhi laju dari pemulihan ekonomi.

 

Narasumber:

Caroline Rusli, CFA
Senior Portfolio Manager - Equity

PENGUNGKAPAN DAN SANGGAHAN: INVESTASI MELALUI REKSA DANA MENGANDUNG RISIKO. CALON INVESTOR WAJIB MEMBACA DAN MEMAHAMI PROSPEKTUS SEBELUM MEMUTUSKAN UNTUK BERINVESTASI MELALUI REKSA DANA. KINERJA MASA LALU TIDAK MENCERMINKAN KINERJA MASA DATANG.

Dokumen ini disusun berdasarkan informasi dari sumber yang dapat dipercaya oleh PT Manulife Aset Manajemen Indonesia. PT Manulife Aset Manajemen Indonesia tidak menjamin keakuratan, kecukupan, atau kelengkapan informasi dan materi yang diberikan. Meskipun dokumen ini telah dipersiapkan dengan seksama, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia tidak bertanggung jawab atas segala konsekuensi hukum dan keuangan yang timbul, baik terhadap atau diderita oleh orang atau pihak apapun dan dengan cara apapun yang dianggap sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan atas dasar keseluruhan atau sebagian dari dokumen ini. Reksa Dana Manulife adalah reksa dana domestik yang ditawarkan dan dikelola oleh PT Manulife Aset Manajemen Indonesia. Penawaran reksa dana tidak didaftarkan sesuai dengan hukum dan peraturan lainnya selain yang berlaku di Indonesia. Investasi pada reksa dana bukan merupakan deposito maupun investasi yang dijamin atau diasuransikan oleh PT Manulife Aset Manajemen Indonesia atau afiliasinya, dan tidak terbebas dari resiko investasi, termasuk di dalamnya kemungkinan berkurangnya nilai awal investasi. Nilai unit penyertaan reksa dana serta hasil investasinya dapat naik atau turun. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja masa datang, dan semua perkiraan yang dibuat hanya sebagai indikasi masa datang, bukan merupakan kinerja sebenarnya dari reksa dana. PT Manulife Aset Manajemen Indonesia adalah perusahaan Manajer Investasi yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan dengan izin dari Bapepam No. : Kep-07/PM/MI/1997 tertanggal 21 Agustus 1997. PT Manulife Aset Manajemen Indonesia adalah bagian dari Manulife Asset Management. Informasi selengkapnya mengenai Manulife Asset Management dapat ditemukan di www.manulifeam.com. Manulife Asset Management, Manulife, dan desain logo Manulife adalah merk terdaftar dari Manufacturers Life Insurance Company dan digunakan oleh Manulife dan afiliasinya.

  • maybank logo
  • Home
  • WEALTH MANAGEMENT
  • Highlights
  • Global Outlook

e-BANKING

ATM & CDM
Maybank2U
M2U ID App
Maybank SMS+ Banking
Syarat dan Ketentuan
Syarat dan Ketentuan Biometrik
Panduan transaksi
Tarif & Biaya

SIMPANAN

Tabungan
Giro
Deposito Berjangka
Tarif & Biaya
Suku Bunga

KARTU KREDIT

Ajukan Sekarang
Promosi Kartu Kredit
360 Travel
Panduan Kartu Kredit
Maybank TREATS Points
Tarif dan Biaya

PINJAMAN

Kredit Tanpa Anggunan (KTA)
Maybank KPR iB
Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Pinjaman Multiguna
Kredit Pemilikan Mobil
Kredit Pemilikan Motor
Tarif & Biaya
Suku Bunga

WEALTH MANAGEMENT

Maybank Premier
Maybank Privilege
Investasi
Aset Proteksi

SYARIAH

Simpanan Syariah
Haji dan Umroh
Zakat, Infaq & Sadaqah
Bisnis Syariah
Pembiayaan Properti iB
Pembiayaan Pemilikan Mobil iB
Pembiayaan Pemilikan Motor iB
Informasi Imbal Hasil
Shariah Leaders Forum

LAIN-LAIN

Apply Online
Promosi
Customer Support
Berita & Pengumuman
Lokasi Cabang & ATM
Kontak Kami
Tarif & Biaya
Informasi Suku Bunga Maybank Indonesia
SBDK
Edukasi Nasabah
Eksternal Link
Whistle Blowing

TENTANG MAYBANK INDONESIA

Dewan Komisaris
Direksi
Dewan Pengawas Syariah
Tata Kelola
Hubungan Investor
CSR
Penghargaan

KARIR

Why Maybank
Bergabung bersama Maybank
Penghargaan
Instagram Youtube Facebook Twitter
Tentang Kami Hubungi Kami Bantuan Site Map
© 2020. Maybank terdaftar dan diawasi oleh OJK dan merupakan peserta penjaminan LPS

Pilih Negara

  • Indonesia
    Indonesia
  • Malaysia
    Malaysia
  • Singapore
    Singapore
  • Philippines
    Philippines
  • Cambodia
    Cambodia

Data Anda sedang di proses, mohon menunggu sebentar...   pre-loader

Enter Your username
to begin your online banking experience

Login
Forgot login details
Don't have an account? Register Here